Nihilnya bantuan ini terjadi di 20 RT yang berada di wilayah RW 02 dan 03, Kampung Melayu. "Kalau cuma banjir gini memang jarang ada bantuan," kata Husin, 56 tahun, Ketua RT 11 RW 03, Kampung Melayu, Jakarta Timur, saat ditemui di lokasi bekas banjir, siang tadi.
Selama ditimpa musibah banjir, warga terpaksa memenuhi kebutuhannya sendiri. Walaupun, sejumlah orang dari kelurahan sempat menengok kondisi di wilayah ini, kemarin.
"Banjir seperti kemarin buat kami hal biasa," ujar Husin. "Kecuali banjir musiman, yang baru surut dalam waktu dua sampai tiga hari."
Selain itu, ia melanjutkan, setiap rumah sudah mengantisipasi banjir dengan meletakkan barang-barang berharga dan elektronik di loteng rumah mereka. Dari pantauan Tempo, memang hampir semua rumah di wilayah tersebut dibangun bertingkat.
Pernyataan senada juga dilontarkan Iwan (45), warga RT 10 RW 01, Cawang, Jakarta Timur, bahwa percuma jika mengharapkan bantuan pada musibah banjir seperti kemarin. Banjir kiriman juga sempat menggenagi 10 RT yang terletak di RW 01 dan RW 02, di Cawang. "Kecuali kalau banjirnya parah, baru akan ada bantuan," katanya, sambil tertawa.
Memang, sejak Kamis (26/8) pagi sampai malam, pemukiman padat penduduk di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung tersebut terendam banjir mulai setinggi lutut orang dewasa hingga 2,5 meter. Sejumlah daerah yang terkena banjir adalah Cawang dan Kampung Melayu, Jakarta Timur, serta Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Namun, hari ini aktivitas warga sudah kembali normal, dan bekas-bekas banjir sudah tidak tampak. Sejumlah anak-anak juga terlihat sudah bersekolah.
Ratusan motor yang kemarin diparkir berjajar di sepanjang bahu Jalan Jatinegara Barat pun sudah tidak ada lagi. Sehingga arus lalu-lintas tidak sampai terganggu seperti kemarin saat banjir.
Berdasar pantauan Tempo, air Sungai Ciliwung yang melintasi daerah Kampung Melayu sudah tidak setinggi kemarin. Kira-kira ketinggiannya telah berkurang separuh lebih dari pada kemarin.
Banjir kiriman yang datang tiba-tiba, pada Kamis (26/8) pagi, disebabkan tingginya curah hujan di lereng gunung di daerah Puncak, Bogor. Sehingga debit permukaan air di bendungan Katulampa, Bogor, sempat mencapai 200 sentimeter, melebihi batas normal setinggi 70 sentimeter.
WAHYUDIN FAHMI