TEMPO Interaktif, Jakarta -Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan luar negeri Indonesia pada Juli 2010 mengalami defisit sebesar US$ 128,7 juta. Nilai ekspor pada bulan yang sama mencapai US$ 12,49 miliar atau meningkat sebesar 1,32 persen dibanding ekspor bulan sebelumnya. Perbadingan year on year menunjukkan ekspor mengalami peningkatan sebesar 29 persen.
"Untuk pertama kali sepanjang tahun 2010, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan," ujar Subagio Dwijosumono selaku Deputi Bidang Statistik Produksi sekaligus Plh Deputi Bidang Statistik Distribusi da Jasa, di Kantor BPS, Jakarta, hari ini (1/9).
Menurut Subagio, defisit ini terjadi karena terjadinya peningkatan impor barang-barang konsumsi. Data BPS memperlihatkan impor mengalami peningkatan sebesar 7,32 persen menjadi US$ 12,62 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. "Sementara (pada periode yang sama), kami melihat ekspor melemah di sektor apa saja."
Selama Januari-Juli 2010, nilai impor mencapai US$ 75,56 miliar atau meningkat 50,3 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal ekspor kumulatif pada periode Januari-Juli 2010 mencapai US$ 85,01 miliar atau meningkat 42,26 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2009.
Sepanjang Juli, nilai ekspor pada sektor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 1,76 persen dibandingkan Juni, dengan capaian sebesar US$ 10,61 miliar. Pada periode yang sama, nilai impor nonmigas mencapai US$ 10,51 miliar atau meningkat US$ 1,14 miliar yang setara dengan peningkatan sebesar 12,20 persen.
Peningkatan ekspor nonmigas terbesar selama Juli 2010 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$ 219,8 juta, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan atau nabati sebesar US$ 82,9 juta.
Kenaikan nilai impor, kata dia, seharusnya tidak menimbulkan kekhawatiran. Karena, lanjut dia, kenaikan impor terbesar ada pada barang modal yakni sebesar 36,90 persen lebih tinggi dibandingkan bulan Juni 2010. "Barang modal akan mendapat nilai tambah di dalam negeri, jadi tak usah kuatir."
Subagio mengatakan, pihaknya akan terus mencermati tren kenaikan nilai ekspor ini. Adapun ekspor nonmigas terbesar selama Juli 2010 terjadi ke Jepang dengan besaran US$ 1.304,8 juta pada Juni 2010 menjadi US$ 1.366,1 pada Juli 2010 atau mengalami kenaikan sebesar US$ 9.010,2 juta. Kenaikan ini sebagian besar disumbang oleh ekspor hasil industri 34,10 persen (month to month), ekspor hasil pertanian 17,55 persen (month to month), dan ekspor hasil tambang 52,93 (month to month).
Impor nonmigas berasal sebagian besar dari Cina yang mengalami kenaikan dari US$ 1.211,1 juta pada Juni 2010 menjadi US$ 1.921,8 juta pada bulan Juli 2010 atau mengalami peningkatan sebesar US$ 10,7 juta.
ANTON WILLIAM