"Yang perlu dilakukan adalah optimalisasi dan perbaikan. Kalau dipindahkan maka akan butuh biaya besar yang nantinya juga belum tentu bisa bernilai positif," kata Djoko kepada Tempo di Semarang, Senin (6/9).
Pakar transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang ini menambahkan, maju tidaknya perkembangan ekonomi suatu kota tidaklah ditentukan oleh bagus tidaknya bandara. Bahkan, kata dia, perkembangan sebuah kota juga tidak ditentukan oleh ada tidaknya gedung bertingkat tinggi di kota tersebut.
Sebelumnya, sejumlah pihak meminta agar bandara Ahmad Yani segera dipindah karena bandara ini berada di tengah Kota Semarang, dan menjadi penghambat kemajuan Kota Semarang karena dengan adanya bandara tersebut di Kota Semarang tidak diperbolehkannya adanya bangunan bertingkat tinggi.
Djoko menyatakan tidak setuju atas pendapat tersebut. Ia mencontohkan Kota Solo yang saat ini perekonomiannya berkembang cukup pesat tidak ada bangunan bertingkat tinggi. Selain itu, Bandara Adi Soemarmo Solo juga tidak dalam kategori baik sekali.
Djoko menyatakan, salah besar jika perkembangan sebuah kota dikaitkan dengan keberadaan bandara. "Yang menjadi kunci adalah kreatifitas dan komitmen para pemimpin dan pejabatnya," ujar Djoko . "Bandara tidak signifikan memberikan kontribusi pengembangan daerah."
Djoko memperkirakan, jika ada pemindahan bandara Ahmad Yani Semarang ke Kendal atau Demak dipaksakan, maka besar kemungkinan akan gagal ditengah jalan. Ia mencontohkan kebutuhan lahan bandara mencapai 200 hektar sehingga butuh tanah untuk menguruk lahan seluas itu.
Djoko mempertanyakan bahan untuk menguruk itu darimana jika tidak dari gunung. Padahal, jika gunung dikeruk maka akan merusak lingkungan. Belum lagi para broker dan calo yang biasa kongkalingkong dengan para pejabat untuk mengeruk keuntungan dari pembebasan lahan. Djoko memperkirakan untuk membangun bandara baru dibutuhkan biaya sekitar Rp 5 triliun. Djoko meminta agar para pejabat maupun wakil rakyat tidak memaksakan untuk memindah bandara Ahmad Yani Semarang.
Selain Djoko, sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo juga mempertahankan keberadaan bandara Ahmad Yani. "Saat ini, yang paling realistis adalah perbaikan dulu. Wong mau memperbaiki saja susahnya bukan main, kok malah mau mindah bandara," kata Bibit. Meski kondisinya cukup memprihatinkan bila dibandingkan dengan bandara di kota tetangga, Bibit menilai wacana pemindahan bandara belum bisa dilakukan.
Namun, Wakil Ketua Fraksi PPP DPRD Jawa Tengah, Istiajib, tetap ngotot agar Bandara Ahmad Yani Semarang dipindah. "Kalau tidak maka sepertiga wilayah Kota Semarang tidak akan bisa maju," kata Anggota Komisi B DPRD tersebut di sela-sela ekpos media di Gedung DPRD, Senin (6/9).
Sebab, kata Istajib, setiap kali ada pengembangan di wilayah Semarang bagian barat dan utara itu maka terbentur dengan aturan tidak diperbolehkannya bangunan bertingkat tinggi. Apalagi, kata dia, kalangan pengusaha juga sangat mendukung agar bandara Ahmad Yani Semarang dipindahkan.
Istajib berpendapat pengembangan kota dengan gedung bertingkat tinggi tetap ada korelasinya dengan perkembangan ekonomi. Istajib meminta agar perbaikan bandara saat ini dilakukan seperlunya. "Uang sebesar Rp 750 milyar lebih baik digunakan untuk program awal perpindahan bandara," kata dia.
ROFIUDDIN
