TEMPO Interaktif, Bantul - Seorang pelajar kelas 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Wiyata, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tewas setelah menenggak lapen, minuman keras oplosan khas Yogya. Sedangkan tiga temannya yang ikut pesta minuman keras oplosan itu tidak merasa sakit dan tidak menjadi korban.
“Pesta lapen itu pada Senin (13/9), minuman itu juga dicampur dengan madu dan susu,” kata Margiyono, Kepala Dusun Bayuran, Poncosari, Srandakan, Bantul tempat tinggal korban, Rabu (15/9).
Ia menyatakan, empat orang yang berpesta lapen adalah Wagito, 17 tahun; Nuryanto; Mardianto; dan Agus Setiawan. Usai minum lapen, Wagito mengeluh sakit perut dan masuk angin. Orang tua korban, Sujiono dan Siti Fatimah, lalu memeriksakan ke puskesmas setempat. Tetapi tidak ada perubahan, justru semakin sakit.
Lalu korban dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul. Tetapi setelah dirawat beberapa jam, nyawa Wagito tak tertolong. Wagito tewas pada Rabu (15/9) pagi.
Lapen, minumam keras oplosan khas Yogyakarta, sering memakan korban hingga tewas. Beberapa bulan yang lalu, lapen telah merenggut 18 jiwa. Minuman keras campuran alkohol, sari buah dan campuran lainnya itu meskipun sudah dilarang dan akibatnya berbahaya, masih dikonsumsi warga.
Minuman keras jenis lapen kembali menelan korban. Kali ini, Wagito (17), warga Bayuran, Poncosari, Srandakan yang masih berstatus SMK Bina Wiyata. Dia meregang nyawa usai minum lapen bersama 3 rekannya, Nuryanto, Mardianto, dan Agus Setiawan.
“Sebelum minum lapen anak saya sehat, dia muntah-muntah dan mengeluh pusing dan mual,” kata Sujiono, ayah korban.
MUH SYAIFULLAH