TEMPO Interaktif, Jakarta - - Sebagian lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) meminta para purnawirawan tentara Angkatan Darat tidak mengatasnamakan organisasi untuk berpolitik partisan. "Kami prihatin. Kami harap Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat steril dari politik partisan," kata alumnus Akabri, Romulo Simbolon, dalam acara Halalbihalal Akbari Angkatan 1973 di Hotel Borobudur, Jakarta, kemarin.
Bulan lalu, Ketua Forum Komunikasi Purnawirawan TNI dan Polri Try Sutrisno menyambangi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Taufiq Kiemas. Ketika itu Try menyatakan MPR bisa saja memakzulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena ekonomi negara cenderung mengikuti aliran liberal sehingga kesenjangan sosial makin tinggi. Selain Try, masih ada pensiunan jenderal lain yang rajin mengkritik Yudhoyono secara terbuka.
Menurut Romulo, ada puluhan ribu purnawirawan di Indonesia yang tak bisa diklaim semuanya satu suara. Bila ada seorang pensiunan tentara menyampaikan pendapat politiknya, dia berhak mengatasnamakan dirinya. "Tapi tidak berhak mengatasnamakan kami semua," ujar Romulo.
Namun Romulo membantah anggapan bahwa pernyataan dia ditujukan kepada Try Sutrisno dan kawan-kawan. "Kami tidak menunjuk orang per orang," kata dia. "Kami hanya mengingatkan ke internal kami untuk tetap menjaga kerukunan."
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang merupakan alumnus Akabri 1973, tidak menghadiri acara halalbihalal kemarin. "Kami maklum, beliau sibuk mengurus negara," ujar salah satu alumnus, Nachrowi Ramli.
Meski tak hadir, menurut Ramli, Yudhoyono mengetahui dan merestui acara tersebut. "Kalau beliau ada waktu, seperti tahun lalu, beliau hadir di tengah-tengah kami," ujar Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat DKI Jakarta ini.
Dua alumnus Akabri 1973 lainnya, yakni Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Marsekal TNI (Purnawirawan) Djoko Suyanto serta Kepala Badan Intelijen Negara Indonesia Jenderal Polisi (Purnawirawan) Sutanto, juga tak datang.
BUNGA MANGGIASIH