Pengikisan pinggir pantai oleh air laut terus terjadi disepanjang pantai Tangerang, mengancam kelangsungan hidup nelayan dan warga yang tinggal dikawasan Pantai Utara Tangerang.
"Tiap tahun lebih dari tiga meter pantai Tangerang terkikis abrasi," ujar Ketua Yayasan Peduli Lingkungan Hidup Tangerang Uyus Setiabakti kepada Tempo, hari ini (8/10).
Berdasarkan hasil penelusuran Yayasan Peduli Lingkungan Hidup Tangerang, menurut Uyus, hampir sebagian besar bibir pantai Tangerang yang memiliki panjang 49 kilometer dari Pantai Dadap Kosambi hingga Pantai Kronjo sudah mengalami kerusakan. "Satu kilometer dari bibir pantai sebelumnya, artinya satu kilometer daratan sudah menjadi lautan," katanya.
Menurutnya, titik abrasi yang paling parah saat ini berada di kawasan pantai Kohod, Keramat yang masuk dalam wilayah Kecamatan Pakuaji, Karang Serang Kecamatan Sukadiri, Tanjung Kait kecamatan Mauk, dan Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga. "Bahkan di Kohod, ada tiang listrik sudah berada di tengah lautan, ini berarti sebelumnya adalah daratan,"katanya.
Menurut Uyus, penyebab kerusakan pantai Tangerang karena rusaknya hutan Mangrove yang berfungsi untuk menahan gelombang air laut. "Tidak adanya tanaman mangrove semakin memperparah kondisi pantai," katanya.
Menurut dia, rusaknya pantai Tangerang didukung oleh sejumlah factor yaitu eksploitasi pasir pantai, klaim kepemilikan lahan antar sejumlah instasi kenegaraan seperti Departemen Kelautan, Angkatan Laut , Angkatan Darat, perusahaan-perusahaan, hingga masyarakat setempat
Menurut Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang Herry Herlani, abrasi terparah terjadi di Kronjo. Yang pasti, puluhan tambak masyarakat di setiap desa hilang dan warga harus meninggalkan rumahnya karena garis pantai terus mundur.
"Penyebab semua ini adalah pengrusakan hutan mangrove dan penambangan pasir laut," kata Herry. Akibat abrasi tersebut kerugian mencapai Rp 95 milyar pertahun.
JONIANSYAH