TEMPO Interaktif, Bandung - Resya Silvani, bayi berusia 11 bulan harus menderita penyakit pernafasan karena diduga sering menghirup bau limbah batu bara yang dibuang tak jauh dari SDN Margaluyu, Cipatat, Bandung Barat. Orang tua Resya, yang juga guru di sekolah tersebut kebetulan tinggal di rumah dinas yang ada di sekolah tersebut.
Menurut Siti Halimah, 43 tahun, ibu Resya, anaknya sudah tiga bulan didera batuk dan flu yang tak kunjung sembuh. "Bahkan anak saya sempat mengalami sesak nafas," katanya. Siti menduga anaknya menghirup bau limbah batu bara yang ada di dekat sekolah karena ia kadang mengajak anaknya itu ke tempat itu.
Anaknya diajak Siti ke tempat pembuangan limbah itu karena untuk mengambil air yang ada di mata air di dekat pembuangan limbah tersebut. "Air itu digunakan untuk keperluan sehari-hari," katanya.
Bukan hanya penyakit pernapasan, berat badan Resya pun tidak seperti bayi pada umumnya, di usianya yang 11 bulan, berat badan Resya hanya berbobot 8,8 kilogram, “Waktu usianya baru 4 bulan saja bayi saya berbobot 8 kilogram, setelah itu tidak naik lagi bobotnya,” kata Siti.
Bukan hanya Resya, kepala sekolah SDN Margaluyu pun mengalami hal yang serupa, batuk dan flu yang dideritanya sejak 4 bulan lalu tidak kunjung sembuh. “Batuk dan flu saya juga tidak sembuh-sembuh, padahal saya sudah berobat,” kata Tarsidj Sudjasman.
Sementara itu kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) wilayah Cipatat, Wahyu, mengatakan pihaknya akan memeriksa kesehatan para siswa. Dokter di wilayah Cipatat itu mengatakan, penyakit pernapasan yang tidak kunjung sembuh dan berat badan Resya tidak normal, bisa jadi diakibatkan oleh limbah B3 tersebut. “Biasanya di usia 11 bulan, berat badan normalnya 10-11 kilogram,” katanya.
Dari pantauan Tempo di lokasi pembuangan limbah, bau limbah tersebut sangat menyengat, limbah dibuang begitu saja ke lahan kosong di RT 1/17 kampung Margaluyu.
ANGGA SUKMA WIJAYA