"Dengan senang hati kami ingin petani dan perusahaan-perusahaan di Indonesia mengirim pisang dan buah-buahan khas lainnya ke sini," kata Carter, yang mengaku penggemar berat buah pisang ini. "Terutama buah-buahan yang tak ada di sini." Menurut Carter selama ini Selandia Baru mengimpor buah-buahan khas itu dari Ekuador, Filipina, dan Thailand.
"Kami mengimpor banyak pisang ke sini," tutur Carter. Meski begitu, kata dia, buah-buahan impor itu mesti melewati proses verivikasi yang dinamai Protokol Bio-Security. "Buat mencegah kontaminasi," katanya. Sebab, kata dia lagi,"Selandia Baru negeri yang gigih melindungi lingkungannya."
Duta Besar Agus menyambut baik keinginan Menteri Carter itu. Karena itu dalam pertemuan tersebut juga dibahas isu ratifikasi Traktat Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru. "Masih ada beberapa hal yang menyebabkan penundaan ratifikasi," kata Dubes Sriyono. "Tapi kedua belah pihak memahami pentingnya roh dari traktat ini."
Kata Dubes, Indonesia dan Selandia Baru memahami bahwa kesepakatan itu mestilah menguntungkan bagi hubungan bilateral kedua negara dan juga kawasan. Indonesia saat ini mengimpor 75 persen pasokan susu di mana 50 persen berasal dari sejumlah perusahaan di Selandia Baru. Termasuk produk-produk hasil peternakan dan pertanian.
| DRE