Dari 16 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di daerah itu, hampir seluruhnya tidak bisa melayani pembelian BBM jenis bensin premium. Sejumlah pemilik kendaraan roda empat, terpaksa membeli petramax.
Berdasarkan pantauan TEMPO di sejumlah SPBU, terpampang papan bertuliskan ’Persediaan Bensin Habis’. Sementara itu, di sejumlah SPBU, seperti di Kelurahan Jetak, Kelurahan Ngrowo, di kawasan Kalianyar, serta di Jalan Veteran, dipadati pembeli yang mengantri panjang. “Begitu SPBU mulai dibuka, tak berapa lama langsung habis,” ujar Warno, petugas di SPBU Kelurahan Jetak, Kamis siang (18/11).
Agus, warga Kelurahan Ngrowo, harus mengisi mobilnya dengan Petramax. “Daripada mobil tidak jalan,” ucapnya kepada TEMPO. Pegawai Negeri Sipil di sebuah instansi pemerintah di Bojonegoro itu harus mengeluarkan biaya lebih besar. Biasanya bensin dibeli Rp 4.500 per liter, sedang Petramax Rp 7.000 per liter.
Kelangkaan bensin dimanfaatkan para pedagang eceran. Mereka yang bermunculan di berbagai di lokasi di dalam maupun luar kota Bojonegoro, menjual bensin hingga Rp 6.000 per liter.
Para pedagang eceran dengan jerigennya masing-masing ikut antri bersama para pengendara mobil dan sepeda motor.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperinda) Bojonegoro Bambang Suharno belum bisa dimintai konfirmasi. Namun salah seorang karyawan di kantor itu mengatakan, Pertamina Surabaya akan segera mengatasi kelangkaan BBM di Bojonegoro. ”Akan ada suplai BBM, terutama premium,” ucapnya. Namun dia tidak bisa memastikan kapan suplai dilakukan.
Data di Disperindag menyebutkan, kelangkaan BBM, khususnya jenis bensin premium terjadi karena pasokan premium ke 16 SPBU di Bojonegoro yang biasanya mencapai 119 kiloliter per hari, dikurangi sekitar 30 persen.
Pengurangan pasokan terjadi akibat cadangan anggaran subsidi khusus premium untuk 2010 sudah menipis. Namun, BP Migas sudah meminta Pertamina mengatasi kelangkaan BBM terutama pasokan premium ke berbagai daerah, termasuk Bojonegoro. SUJATMIKO.