"Sekarang yang nomer tiga setelah Jepang dan Cina," katanya, kemarin.
Meskipun tahun ini volume perdagangan kembali naik, namun masih kalah cepat dibandingkan dengan negara lain. Mahendra meminta agar hubungan dagang antara kedua kawasan tidak dilihat semata-mata dari besarnya volume, tetapi yang lebih penting adalah kemungkinan untuk meningkatkan nilai tambah dari produk yang diekspor ke Eropa.
Sebab, Eropa adalah pasar dengan penduduk yang tingkat pendapatannya tinggi sehingga memiliki standar mutu dan lingkungan yang juga tinggi. Hal ini pula yang sering memunculkan persoalan ketika produk-produk asal Indonesia tidak memenuhi standar Eropa sehingga tidak bisa masuk ke pasar itu.
"Perlu sinergi antara pengusaha kita dan Eropa sehingga bisa memproduksi dan investasi yang semakin perhatikan aspek lingkungan hidup, standar teknologi dan sebagainya," kata Mahendra.
Tahun depan diprediksi ekonomi Eropa akan mulai pulih meski perlu beberapa waktu. Terkait hal ini, Mahendra mengatakan Eropa melihat Indonesia sebagai basis pasar dalam negeri dan kawasan. Hal ini dianggap peluang bagi Eropa untuk mengembangkan investasi baru.
KARTIKA CANDRA