TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Pengurangan Resiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan kebutuhan Pemerintah saat ini adalah peranti pelaporan yang dapat melaporkan kejadian bencana dengan cepat. "Jadi ketika ada kejadian bisa langsung terkoneksi ke BNPB," kata Sutopo dalam acara bertajuk "Random Hacks Of Kindness", Sabtu 4 Desember 2010.
Sedangkan yang dibutuhkan BNPB, menurut Sutopo adalah informasi pra-bencana seperti berapa besar dampak di masyarakat yang ditimbulkan oleh bencana. Data dampak bencana seperti jumlah korban bencana dan kondisi wilayah bencana, diperlukan oleh BNPB untuk dapat segera menyusun rencana darurat. "Sehingga jika ada tanda-tanda bencana terjadi, distribusi informasi ke tingkat propinsi lalu BNPB dan masyarakat di sekitarnya bisa segera dilakukan," ujarnya.
Saat ini BNPB telah memiliki satuan reaksi cepat untuk menyusun penanggulangan bencana. Namun, dia mengakui Pemerintah masih memiliki keterbatasan untuk melakukan hal itu. Kegiatan yang digelar Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction itu, dihadiri para ahli peranti lunak. Mereka berkumpul untuk bersama-sama membuat sebuah aplikasi manajemen bencana. Aplikasi yang dibuat itu nantinya dapat digunakan Pemerintah untuk menanggulangi bencana.
Co-Director Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction, Matt Hayne, mengatakan Indonesia adalah negara yang berada di wilayah yang rentan bencana alam. "Diharapkan nanti dari sini bisa dikembangkan solusi inovatif untuk masalah manajemen bencana," kata dia.
Partisipan dalam kegiatan ini berjumlah sekitar 90 orang yang terdiri dari berbagai kalangan mulai dari pelajar hingga profesional. Mereka akan dibagi dalam beberapa tim selama dua hari ke depan untuk membuat satu aplikasi program yang efektif untuk meningkatkan upaya tanggap bencana. Aplikasi itu diharapkan dapat mengurangi dampak bencana dan membantu menyelamatkan nyawa lebih banyak.
RIRIN AGUSTIA