TEMPO Interaktif, Bogor - Salah satu kandidat Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia asal Papua, Muhammad Mussad, Selasa (7/12) pagi, akhirnya mengundurkan diri sebagai salah satu ungkapan kekecewaan dirinya karena mekanisme pemilihan Presidium berjalan alot dan berbelit-belit. Meskipun kecewa, dia tetap mendukung siapa pun yang terpilih.
“Jujur saja pemilihan ini kurang efektif, kami tidak bisa mengundurkan waktu untuk kembali ke Papua,” ujar Muhammad Mussad kepada Tempo.
Dia menyebutkan pengunduran dirinya berarti 23 suara Papua hilang dan tidak memilih siapa pun. “Tadi ada insiden kekecewaan dari peserta dari Papua, sehingga saya pun harus pulang kembali bersama mereka,” ujarnya. Dia menyebutkan pimpinan Sidang, Hidayat Syarif, kurang mampu memimpin sidang pemilihan Presidium.
Namun demikian, dia tetap berharap ICMI ke depannya menjadi satu organisasi yang kuat dan mempunyai tujuan yang jelas serta ikut mengkritik pemerintah untuk kepentingan rakyatnya, “Siapa yang terpilih saya tetap mendukung. Kami cinta ICMI,” kata Mussad sambil menyalami dari Organisasi Wilayah (Orwil) lainnya yang mendukung pengunduran dirinya karena bersikap lebih elegan.
Ungkapan kekecewaan juga dikatakan oleh Sekretaris Organisasi Wilayah Lampung, Khamsarial Romli. Dia menyebutkan ketika calon pemilih dari daerah Sumatera Selatan disebut, ketua sidang malah memanggil Organisasi Wilayah dari Jawa Timur. Padahal seharusnya perwakilan Lampung yang dipanggil terlebih dahulu.
“Terus terang kami kecewa, dari 46 suara dari Lampung hanya tiga orang yang tersisa untuk dapat memilih Presidium ICMI, sisanya 43 orang memilih pulang,” katanya saat mendatangi media center.
Dia juga menyebutkan salah satu pimpinan sidang, Adzalim Agus, kurang bijaksana dalam memimpin sidang, “Ya intinya kami kecewa sidang terlalu berlarut-larut hingga kami terpaksa begadang,”
Menjawab ungkapan kekecewaan peserta, pimpinan sidang Hidayat Syarif mengatakan hal yang wajar karena saat pembahasan Tata Tertib saja sudah banyak yang menginginkan hal di luar ketentuan. “Seperti Muktamar di Makassar beberapa waktu lalu, waktu sidangnya agak mundur. Tetapi karena pesertanya sedikit, jadi cepat. Kalau sekarang pesertanya banyak,” ujarnya.
Menurutnya, sekitar 600 lebih suara masuk ke kota suara untuk menentukan siapa yang akan duduk di kursi Presidium, dalam perhitungan dirinya untuk memilih 5 presidium diperlukan waktu sekitar 120 menit dari pukul 08.00, “Bisa dibayangkan selesai jam berapa,” ujarnya kepada Tempo.
DEFFAN PURNAMA