TEMPO Interaktif, Jakarta - Larangan memakai celana berbahan jins saat masuk Kompleks Istana Kepresidenan, mungkin sudah banyak orang yang tahu. Paling tidak para wartawan peliput kegiatan Presiden dan Wakil Presiden, atau mereka yang pernah bertamu ke Istana. Tapi selain celana berbahan jins, mulai tahun ini Istana bakal menambah larangannya. Legging alias celana ketat berkaret pinggang pun bakal "ditangkal" di Istana.
"Modis boleh, tapi jangan di atasnya pakai batik bagus, di bawahnya pakai celana karet yang kencang," ujar Kepala Biro Pers dan Media Istana, DJ Nachrowi dalam briefing jurnalis di Wisma Negara, Selasa 4 Januari 2011.
Legging rupanya dinilai melanggar kepantasan di lingkungan Istana. "Teman-teman bertugas di lingkungan Kepresidenan, simbol negara, tidak bisa disamakan dengan lingkungan lain," katanya.
Selain jins dan legging, masih ada sederet larangan lain bagi para jurnalis, yang juga berlaku bagi siapapun yang bertamu ke Istana. Antara lain, tato yang terlihat dan anting bagi pria. "Mohon tidak pakai tato seperti Irfan Bachdim, nanti narasumbernya takut," ujar Nachrowi. Tapi tak masalah untuk tato yang tertutup pakaian, karena tak terlihat.
Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden, Kolonel Eko Margiono menambahkan, jurnalis lelaki juga diminta merapikan tatanan rambutnya. Rambut gondrong bukannya tak boleh, tapi wajib rapi.
Para Jurnalis juga dilarang merokok sembarangan, terutama di sekitar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "(Sebab) Presiden kita tidak merokok."
Eko menyatakan tak segan-segan menegur siapapun yang melanggar aturan soal rokok itu, baik jurnalis junior atau senior. "Pernah terjadi di pesawat, ada redaktur senior televisi swasta merokoknya sangat kuat. Saya bilang jangan merokok di sini, ke kokpit saja," katanya.
BUNGA MANGGIASIH