Beberapa peserta yang mengikuti kuliah umum Profesor Suhartono Wiryopranoto tentang perpindahan Republik Yogya di Universitas Gajah Mada berhamburan. Mereka memotret fenomena alam yang jarang terjadi ini.
Satu peserta yang keluar dan memotret, Sulistyono mengatakan peristiwa ini sering ia lihat ketika masih kecil. Menurut cerita orang tuanya, tanda alam ini mengisyaratkan raja sedang bersedih atau ada peristiwa yang tidak biasa sedang terjadi.
Perserta lain Damayanti meyakini peristiwa ini sebuah pertanda bahwa akan ada perdamaian. Tapi peserta yang lain, Niko bingung dengan fenomena alam. "Ini tanda malapetaka atau berkat ya?" ujarnya.
Pengamat iklim UGM, Sudibiyakto menyampaikan fenomena alam ini bernama halo Matahari yang biasa terjadi. “Fenomena ini tidak ada kaitannya dengan peristiwa bencana alam seperti gempa bumi," katanya dalam rilis.
Halo yang terlihat melingkar Matahari tersebut merupakan hasil pembelokan cahaya Matahari oleh partikel uap air di atmosfer. Halo terbentuk karena dispersi butir-butir es atau air pada awan sirus oleh sinar ultraviolet.
Pada saat musim hujan partikel uap air ada yang naik hingga tinggi sekali di atmosfer. Partikel air memiliki kemampuan untuk membelokkan atau membiaskan cahaya Matahari, karena terjadi pada siang hari. Nah, saat posisi Matahari sedang tegak lurus terhadap Bumi, maka cahaya yang dibelokkan juga lebih kecil. Itu sebabnya masyarakat yang kebetulan menyaksikannya melihat lingkaran gelap di sekeliling Matahari.
Ditambahkan Sudibyakto, halo Matahari sebenarnya sama dengan proses terbentuknya pelangi pada pagi atau sore hari setelah hujan. Lengkungan pelangi sering terlihat di bagian bawah cakrawala karena partikel uap air yang membelokkan cahaya Matahari berkumpul di bagian bawah atmosfer. Di sisi lain, pada pagi atau sore hari Matahari pun masih berada pada sudut yang rendah. Pada posisi yang miring ini, kemampuan partikel air membiaskan cahaya lebih besar, sehingga warna-warna yang muncul juga lebih lengkap.
Pada siang hari ketika Matahari pada posisi tegak lurus terhadap Bumi, kemampuan pembelokan cahaya menjadi rendah sehingga warna yang terlihat sangat terbatas. Warnanya terlihat gelap karena pandangan ke arah Matahari juga terhalang debu. Sedangkan di pagi hari, saat udara masih bersih, yang tampak adalah warna kemerahan.
BERNADA RURIT