-----------------------------
Judul: Khalifah
Genre: Drama
Sutradara: Nurman Hakim
Pemain: Marsha Timothy, Indra Herlambang, Ben Joshua
Produksi: TriXimages dan Frame Ritz Production
-----------------------------
Perubahan drastis itu dialami perempuan muda dan ayu yang bekerja di sebuah salon kecantikan. Gayanya yang modern dan gaul dengan tatanan rambut rapih dan wajah bersolek seketika sirna. Itu terjadi tatkala ia menerima perjodohan sang ayah atas dirinya.
Jadilah Khalifah, perempuan muda itu, yang diperankan oleh Marsha Timothy, memulai lembaran hidup barunya bersama suaminya: Rasyid (Indra Herlambang). Khalifah bertekad mengabdi sebaik-baiknya kepada suaminya. Ia yakin suaminya dapat membantu keluar dari kesulitan hidup yang pas-pasan. Penghasilan ayahnya sebagai marbot (penjaga mesjid) tak seberapa. Khalifah juga harus membantu membiayai adiknya sekolah.
Dan ternyata Rasyid adalah seorang suami yang taat beribadah. Tapi Khalifah tidak banyak tahu kegiatan Rasyid di luar rumah. Yang ia tahu, suaminya itu berjualan produk-produk dari Timur Tengah. Ia memang tidak mau terlalu mencampuri urusan Rasyid. Ia berusaha mematuhi kata-kata suaminya.
Di awal pernikahan Khalifah mulai mengenakan jilbab atas dorongan Rasyid. Karena suatu peristiwa Rasyid meminta sang istri menggunakan cadar. Bagi Rasyid peristiwa itu adalah peringatan dari Allah SWT untuk menutup keseluruhan aurat di tubuh termasuk wajah. Khalifah pun menuruti permintaan Rasyid, meski ayah Khalifah kurang setuju dengan cadar yang dikenakannya.
Semua itu rupanya membawa perubahan cara pandang lingkungannya terhadap Khalifah. Setiap orang yang ditemuinya memandang sinis. Bahkan ia pun dicap sebagai istri teroris. Hanya ada seorang tetangga yang begitu simpati dengan Khalifah, seorang pemuda ganteng bernama Yoga (Ben Joshua). Diam-diam, Yoga acap mengamati Khalifah. Dan Yogalah yang menjahitkan baju gamis dan cadar yang dikenakan oleh Khalifah.
Waktu bergulir. Lama kelamaan, Khalifah menyadari bahwa makin banyak yang tidak ia ketahui tentang kegiatan Rasyid di luar rumah. Hubungannya dengan suaminya hanya berlangsung ketika Rasyid pulang setelah pergi berhari-hari atau berminggu-minggu. Banyak teka-teki di balik kehidupan suaminya itu. Hingga suatu hari kehidupan Rasyid yang sesungguhnya pun terkuak, Khalifah dikhianati oleh Rasyid.
Film Khalifah arahan sutradara Nurman Hakim ini mengangkat kisah tentang kehidupan seorang muslimah yang bersahaja, yang senantiasa berupaya mengabdi dan patuh kepada sang suami. Film ini memotret persoalan hubungan laki-laki dan perempuan dalam sebuah ikatan perkawinan sekaligus melihat sisi-sisi kehidupan orang yang menganut Islam “garis keras”. Film tentang kehidupan masyarakat Islam biasa yang menjadi bagian dari fenomena radikalisme agama tersebut. Fenomena yang acap dikaitkan dengan gerakan terorisme, yang belakangan marak di Indonesia.
Namun, film Khalifah ini tidak melihat fenomena Islam ”garis keras” itu dari sisi gerakan ideologi agama melainkan melihat sisi-sisi manusianya. Sisi-sisi kehidupan mereka yang berada dalam lingkungan tersebut. Lika liku kehidupan orang-orang sederhana yang tiba-tiba berada dalam sebuah situasi yang sangat pelik.
Meski alurnya berjalan lambat, secara keseluruhan film ini tetap menarik. Marsha Timohty sebagai Khalifah berakting lumayan berhasil. Tapi, memang, tak bisa ditampik bahwa wajah dan pembawaan Marsha terlalu dewasa untuk gadis seusia Khalifah yang baru 23 tahun. Debut Indra Herlambang, yang lebih dikenal sebagai pembawa acara tayangan gosip, juga cukup bagus. Ia bisa tampil secara total.
Sutradara Nurman Hakim, yang juga sebagai penulis skenarionya bersama Nan T. Achnas, terbilang cukup berhasil dalam penggarapan film ini. Nurman, alumnus Jurusan Film Institut Kesenian Jakarta, adalah satu di antara sutradara generasi baru Indonesia. Sebelumnya, sutradara yang berlatar belakang pendidikan pesantren itu telah membuat film tentang dunia pesantren, 3 Doa 3 Cinta, yang dibintangi Nicholas Saputra, Dian Sastrowardoyo, dan Yoga Pratama. .
Film 3 Doa 3 Cinta berhasil mendapatkan script development fund dari institusi film internasional seperti Global Film Initiative (Amerika), Goteborg Film Fund (Swedia), dan Fonds Sud (Prancis). Film itu juga meraih beberapa penghargaan lainnya, termasuk tujuh nominasi Festival Film Indonesia 2008, Grand International Jury Prize di Vesoul International Film Festival (erancis) 2008, dan Best Film di Jakarta International Film Festival 2009.
Adapun TriXimages, yang memproduksi film ini bersama Frame Ritz, adalah sebuah rumah produksi yang diprakasai oleh Nan T. Achnas dan Nurman Hakim. TriXimages telah memproduksi film panjang, dokumenter, dan film pendek, antara lain film anak-anak berjudul Bendera yang masuk seleksi di ajang kompetisi Tokyo International Film Festival; The Photograph, co-produksi dengan Orange-Waterland, Salto Films dan Le Petite Lumiere, Prancis. Film tersebut telah berhasil memenangi The Prince Claus Film Fund, Goteborg Film Fund dan The Swiss Film Fund, dan diseleksi untuk international premiere di Pusan International Film Festival 2007.
Seperti halnya TriXimages, Frame Ritz juga sebuah rumah produksi yang telah menghasilkan berbagai sinetron serial, film televisi, dan miniseri yang cukup menarik. Frame Ritz juga telah meluncurkan film layar lebar Rahasia Bintang dan Kembang Perawan (2009).
AGUSLIA HIDAYAH