TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia, Ignatius Jonan, mengatakan tarif kereta saat ini sudah tak layak lagi.
"Tarif tidak pernah naik sejak tahun 2002. Padahal kalau memperhitungkan inflasi, komponen pembiayaan naik semua," ujar Jonan dalam seminar Standar Pelayanan Minimum Kereta Api di LIPI, hari ini (19/1).
Karena itu, ia mengatakan dengan penundaan kenaikan tarif kereta api ini, perbaikan berbagai fasilitas kereta api pun menjadi terhambat. "Pasti akan kami perbaiki, hanya saja butuh waktu yang lama," ujar Jonan.
Ia juga menolak bila disebut besaran kenaikan tarif kereta ekonomi kemarin adalah untuk memperkaya PT KAI. Bila jadi diberlakukan, kenaikan tarif kemarin pun hanya menambah pendapatan PT KAI paling banyak Rp 130 miliar. "Itu hanya 2 persen pendapatan PT KAI tahun lalu," ujar Jonan.
Ia menyebutkan kenaikan tarif itu sebenarnya dapat dimaksudkan agar masyarakat ikut merasa memiliki dan menjaga moda transportasi ini.
Hal lain yang memberatkan PT KAI adalah biaya operasional prasarana atau Infrastructure Maintenance and Operation (IMO) dan biaya penggunaan prasarana atau Track Access Charge dianggap impas.
Seharusnya biaya IMO, seperti perawatan rel, ditanggung pemerintah, dan PT KAI membayar TAC karena melewati rel milik pemerintah. Namun selama ini kedua komponen biaya dianggap impas. Padahal IMO jauh lebih besar dari TAC.
"IMO per tahun sekitar Rp 3 Trilyun, sementara TAC--bila ditarik dengan rata-rata negara lain-- besarnya 10 persen dari harga karcis. Selisihnya bisa lebih Rp 1 triliun," ujar Jonan.
Sementara itu, Jonan menyebut keberadaan Public Service Obligation (PSO) yang diberikan pemerintah pun belum bisa mencukupi. "PSO sekarang besarnya Rp 3.900 per penumpang," katanya.
Jonan menyebut sudah melakukan berbagai macam cara untuk terus menghidupkan kereta api. Salah satunya dengan mengadakan subsidi silang dengan kereta angkutan barang. "Bila angkutan kereta barang tidak beroperasi, kereta api ekonomi di Jawa 30 persen tidak jalan," ujarnya.
Ia juga mengatakan pelan-pelan mulai memperbaiki fasilitas kereta, dengan fokus pada keselamatan. Misalnya, penggantian 150 lokomotif baru dan juga suku cadang lain seperti bogie.
"Kami masih melakukan perbaikan, tapi mungkin tidak seperti yang diharapkan," katanya.
RATNANING ASIH