Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dari Tahrir Square untuk Revolusi Mesir

image-gnews
Para demonstran anti pemerintah menaiki mobil pembawa pasukan milik angkatan darat Mesir di Kairo, Mesir (29/1). AP/Ben Curtis
Para demonstran anti pemerintah menaiki mobil pembawa pasukan milik angkatan darat Mesir di Kairo, Mesir (29/1). AP/Ben Curtis
Iklan
TEMPO Interaktif, Kairo - Ahmad Jayar, 28 tahun, menunjukkan isi dompetnya yang tipis kepada orang-orang di sebelahnya yang tengah berkumpul di Tahrir Square, Kairo. Dari dompet penjaga toko pakaian di pasar Tonto, 120 kilometer dari Kairo, itu tampak beberapa lembar uang dengan jumlah cuma 50 EGP (pound Mesir) atau sekitar Rp 75 ribu.

"Sebentar lagi uang ini habis, tapi saya tak takut," kata Jayar kepada koresponden Tempo di Kairo, Akbar Pribadi, Minggu malam lalu. "Solidaritas masyarakat terhadap gerakan ini tinggi. Walau uang saya habis, saya akan tetap tinggal di sini sampai Mubarak turun."

Jayar adalah salah satu dari ribuan orang yang datang dari pelbagai penjuru kota ke pusat demonstrasi itu. Di Tahrir Square atau Alun-alun Merdeka yang terletak di depan Museum Nasional Mesir, yang menyimpan mumi Firaun, ada banyak orang muda seperti Jayar yang menginap berhari-hari hanya untuk menyampaikan satu tuntutan: rezim Husni Mubarak harus mundur.

Pemuda bercelana jins dan berjaket cokelat lengkap dengan syal ini sudah berada di alun-alun dengan keliling sekitar 2,5 kilometer itu sejak Selasa pekan lalu. Ia membawa seluruh tabungannya, 200 EGP (sekitar Rp 300 ribu), di dompetnya yang kumal itu.

Jika massa berdatangan pada siang dan kian menyemut pada petang hari, ia ikut berteriak dan mengacungkan tinju memprotes kekuasaan 31 tahun Presiden Mubarak yang otoriter dan kian sulitnya kehidupan di Mesir. Mereka menerjang jam malam yang diberlakukan pemerintah mulai pukul 4 sore hingga 7 pagi. "Saya tidak takut mati di sini, saya lebih takut mati kelaparan karena tak lagi mampu membeli roti," ucapnya.

Jika tengah malam datang dan demonstran menyurut, ia dan teman-temannya segera mencari sudut lapangan yang nyaman untuk berbaring. Ia tak peduli pada suhu 4-8 derajat Celcius yang menggigilkan tubuh itu. "Kami tidur seadanya, kadang di taman kota, depan pertokoan, atau halte-halte," tuturnya.

Bersama Jayar, Wail Syaban, dan Syauqi, Tempo bermalam di tempat bersejarah yang telah dua kali menjadi saksi pergantian rezim: revolusi pertama pada 1919 dan revolusi kedua yang menumbangkan kekuasaan monarki pada 1952. Wail Syaban, 35 tahun, datang dari Suez. Ia bekerja di sebuah perusahaan keramik. Sedangkan Syauqi, 39 tahun, seorang sopir.

Berbagai hal dilakukan kerumunan orang di lapangan yang berjarak sekitar 500 meter dari Sungai Nil itu. Ada yang mengobrol sampai pagi, ada yang menyalakan api unggun seadanya dengan membakar sampah yang dikumpulkan. Ada pula yang memilih merebahkan tubuhnya di atas rumput yang telah gundul karena terinjak saat demonstrasi dilancarkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat kami tengah asyik mengobrol dan berbagi rokok pada Senin dinihari itu, puluhan warga yang tinggal di sekeliling bundaran Tahrir berdatangan. Mereka membawa teh hangat dan kopi panas. Sambutan meriah pun seketika diberikan.

"Kadang ada yang membawa roti. Jika tak ada roti dan minuman, masih ada air yang mengalir dari keran-keran di seputar Tahrir yang tak pernah berhenti," ujar Jayar. "Itulah sumber tenaga kami."

Sumber tenaga yang lain, kata Syaban, "Adalah restu orang tua kami di kampung yang telah merelakan kami berunjuk rasa demi semua orang Mesir."

"Karena itu, kami tak akan beranjak dari sini kecuali setelah Mubarak turun," Syauqi menambahkan.

Percakapan itu pun berhenti saat azan subuh berkumandang. Tanpa dikomando, semua orang bangkit. Semua yang muslim serentak salat berjemaah.

Akbar Pribadi (Kairo)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

8 September 2017

Ilustrasi. azpenalreform.a
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu


Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

31 Agustus 2017

Tampak dua mahasiswa Indonesia menunggu evakuasi ke Bandara untuk kembali ke Indonesia di tepi jalan Kota Kairo, Mesir. Dokpri. Ahda Sabila
Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.


PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

10 Agustus 2017

TEMPO/Budi Yanto
PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir


Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

24 Juli 2017

Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi. REUTERS
Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.


Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

15 Juni 2017

Ilustrasi bayi baru lahir. shutterstock.com
Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.


Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

27 Mei 2017

Kerabat menangis dan berdoa di depan peti jenazah kerabatnya yang tewas akibat serangan bus, di Katedral Abu Garnous di Minya, Mesir, 26 Mei 2017. AP Photo
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.


Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

8 Mei 2017

Ahmed Hosni Taha, rektor Universitas Al Azhar . alg24.net
Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad


Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

6 Mei 2017

Pendukung Ikhwanul Muslimin bentrok dengan polisi saat unjuk rasa di Kairo Matariya, Mesir, 1 Juli 2015. Mereka memprotes pemerintah yang menetapkan hari libur nasional, setelah dua tahun penggulingan Presiden Mohammed Morsi. AP/Belal Darder
Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.


Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

5 Mei 2017

Sebuah gambar yang diambil dari sebuah video, memperlihatkan asap tebal usai terjadinya pengeboman di Latamneh, di provinsi Hama, Suriah, 30 April 2017. REUTERS
Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.


Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

4 Mei 2017

Saad Mohammed menulis lembaran Al-Quran di kediamannya di Belqina, Kairo utara, Mesir, 26 April 2017. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.