Minyak warna hitam tersebut diduga berasal dari kapal asing yang lego jangkar di perairan Singapura. "Biasa, bila angin utara tiba, pasti ada limbah B3 jenis sludge oil," kata Kepala Badan Pengawasan Dampak Lingkungan Kabupaten Bintan Karya Hermawan kepada Tempo, Senin (14/2). Pihaknya belum bisa memastikan jenis minyak hitam tersebut apakah golongan sludge oil atau minyak biasa, tapi dipastikan merusak jaring nelayan.
Jangkauan minyak hitam mencapai hingga enam kilometer di pantai Padang Lamun, Bintan. Ia menduga minyak hitam ini berasal dari kapal asing yang membersihkan tanker di Singapura. Biasanya, kata Karya, minyak tersebut dibuang ke laut di malam hari bertepatan dengan angin utara berembus ke Batam, Bintan dan Tanjung Pinang.
Pihak Badan Pengawasan Bintan belum memastikan jumlah limbah B3 itu. Saat ini, limbah B3 tersebut dimasukkan ke dalam karung untuk mencegah mengalir dan menyebar ke perairan lain. "Kami masih pantau ," ujar Karya.
Nelayan yang tinggal di pesisir wilayah RT 02/RW01 Desa Tanjung Berakit merupakan nelayan yang paling menderita akibat limbah B3 kiriman tersebut. Warga setempat menceritakan, awalnya kedatangan minyak hitam tersebut sedikit, tapi kemudian bertambah banyak. Diketahui limbah B3 itu datang Sabtu (12/2) dini hari, namun meski masih sedikit telah melumuri jaring yang tengah dipasang di laut. Akibatnya jaring tersebut berwarna hitam. "Jadi ikan lari," kata Ahmad Effendi, nelayan di Desa Tanjung Berakit.
Ia menyebutkan beberapa tahun silam daerah itu kedatangan limbah serupa. Namun dibungkus dalam karung goni.
Rumbadi Dalle