Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menjalin Kedekatan Sejak Dini  

image-gnews
TEMPO/Budi Yanto
TEMPO/Budi Yanto
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketika melahirkan putra ketiganya, Claudia Savitri, 33 tahun, menggunakan jasa kamar bayi setelah kelahiran. "Saya sangat letih setelah melahirkan," katanya. Dua belas jam pascakelahiran, Claudia tidur terpisah dengan bayinya. Bayi kecil yang diberi nama Faris Rahman itu diantarkan setiap kali ingin menyusu.

Setelah cukup kuat, Claudia meminta agar bayinya ditempatkan di ruang yang sama dengannya atau dikenal dengan istilah "rooming-in". Sebelumnya, ketika melahirkan dua anak, ia juga menggunakan fasilitas rooming-in ini. "Saya ingin sekali selalu dekat (dengan bayi saya)," katanya.

Dua puluh tahun silam, keadaan ini tidak mungkin terjadi. Bayi yang baru lahir selalu tidak satu ruangan dengan ibunya. Ibu harus menunggu cukup lama untuk melihat bayi mereka diantarkan saat ingin menyusu. Kala itu, rumah sakit beranggapan bahwa bayi akan lebih terurus, lebih aman, dan lebih sehat bila dirawat di ruang bayi. Sedangkan ibu bisa istirahat tanpa terganggu.

Rooming-in mulai populer setelah UNICEF meluncurkan anjuran "Sepuluh Langkah untuk Sukses Menyusui" pada 1991. Salah satu anjurannya adalah program Baby-Friendly Hospital Initiative untuk memastikan fasilitas bersalin menjadi pusat pendukung kegiatan menyusui. Rooming-in memudahkan inisiasi menyusui dini.

Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang sekamar dengan bayinya pascakelahiran memiliki masa menyusui lebih panjang dan lebih berhasil dalam memberi ASI eksklusif. Bayi juga lebih sedikit menangis. Sebanyak 95 persen bayi menangis bukan karena lapar, melainkan karena terpisah dengan ibunya.

Jeannette Crenshaw, kepala perawat dan peneliti di Presbyterian Hospital of Dallas, mengungkapkan bahwa ibu yang dipisahkan dengan bayinya pascakelahiran lebih kesulitan tidur. "Sementara ibu yang tidur berdekatan dengan bayinya lebih mudah beristirahat," katanya.

Menurut Crenshaw, setelah kelahiran, ibu selalu ingin berdekatan dengan bayinya. "Ini merupakan insting alami serta kebutuhan fisik dan emosi ibu dan bayi," katanya. Kebutuhan fisik serta emosional ibu dan bayi akan terpenuhi dengan tetap berdekatan. Semakin sering ibu dan bayi bersama, semakin cepat pula ibu memahami keinginan bayi dan cara terbaik untuk merawat serta membuat si bayi nyaman.

Rooming-in juga mendorong ibu untuk menyentuh bayinya lebih cepat. Dalam dunia kedokteran, hormon yang menyebabkan rahim berkontraksi saat kelahiran, oksitosin, akan merangsang perasaan keibuan saat menyentuh, memandang, dan menyusui bayi. Oksitosin akan lebih banyak dilepaskan saat kulit ibu menyentuh kulit bayi. Otak juga akan melepaskan hormon endorfin yang akan menambah perasaan keibuan.

Hormon-hormon ini membantu ibu merasa tenang dan menyesuaikan suhu tubuhnya dengan bayi. Ketika dalam pelukan ibu, apabila si bayi kepanasan, suhu tubuh ibu akan turun 1 derajat Celsius. Sedangkan saat bayi kedinginan, suhu tubuh ibu akan naik 2 derajat Celsius.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bayi baru lahir yang mengalami kontak kulit dengan ibunya akan lebih mudah beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim. "Mereka tetap hangat, lebih sedikit menangis, dan hormon stresnya lebih rendah ketimbang mereka yang dipisahkan dengan ibunya," tutur Crenshaw. Bayi yang kulitnya bersentuhan dengan ibunya juga lebih mudah bernapas, lebih stabil kadar gula darahnya, dan lebih cepat menyusu.

Kedekatan pascamelahirkan juga memiliki keuntungan jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekerasan dan kelalaian dalam menjaga anak lebih rendah bagi ibu yang lebih sering menyentuh bayinya pascamelahirkan. Berdekatan dengan bayi harus terus berlangsung hingga bayi di rumah. "Ibu harus tidur di kamar yang sama dengan bayinya," kata Crenshaw.

Yang perlu diperhatikan, dia melanjutkan, adalah keamanan dan kenyamanan bayi. Claudia sendiri memilih tidur bersama bayinya di kasur yang sama. "Saya bisa tidur lebih lelap dan lebih mudah menyusui."

Namun, di Indonesia, fasilitas perawatan dalam satu ruangan itu masih sedikit. Di Jakarta saja, menurut Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia Mia Sutanto, fasilitas itu baru ada di dua rumah sakit. Padahal rawat gabung itu tak hanya membuat bayi lebih dini dekat dengan ibu, tapi juga aman untuk keselamatan bayi. "Kita tahu kalau penculikan bayi di rumah sakit beberapa kali terjadi," ujarnya.

Proses merawat bayi di kamar gabung juga memberikan keuntungan bagi si ibu. "Ibu baru dapat belajar merawat dan memandikan bayi dengan melihat cara suster merawat bayi."

AMANDRA MM | BERBAGAI SUMBER

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

6 November 2022

Wanita paruh baya atau emak-emak tampak di video sedang terbawa emosi saat menonton televisi.
Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

Televisi telah menjadi hiburan bagi kebanyakan manusia modern. Bagi balita, dampak buruk apa yang bisa ditimbulkan dari menonton TV Digital ?


8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

3 April 2019

Ilustrasi terapi untuk anak/autisme. Shutterstock
8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

Autisme bukan kelainan, melainkan keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.


Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

4 Februari 2019

Ilustrasi bayi. Pixabay.com
Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan alami gangguan kesehatan jantung akibat perubahan iklim


Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

24 Januari 2019

Ilustrasi ayah dan ibu mengobrol dengan balita. shutterstock.com
Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

Gerakan ritmis pada anak bisa membantu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.


Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

15 November 2018

Bayi Gumoh. youtube.com
Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali mual dan penuh di perut.


Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

11 November 2018

Anggota WET Indonesia memperagakan gerakan akuarobik menggunakan pelampung yang dinamakan noodle. TEMPO | Dwi Nur Santi
Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

Ketimbang memaksakan anak belajar berenang, ada baiknya orang tua memperkenalkan anak pada olahraga akuarobik atau aerobik air.


Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

6 November 2018

ilustrasi telinga bayi (pixabay.com)
Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

Banyak ibu mengira kulit bayi menjadi sensitif jika terkena air susu ibu atau ASI saat menyusui, terutama di daerah pipi


Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

1 November 2018

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

Imunisasi adalah prosedur penting untuk mencegah anak terkena infeksi penyakit sejak usia dini.


Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

19 Oktober 2018

Poppy Bunga usai melahirkan anak keduanya. (Seno/Tabloidbintang.com)
Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

Poppy Bunga menceritakan infeksi usus yang terjadi kepada anak keduanya saat berusia 2 minggu, dan baru ketahuan di usia 1,5 bulan.


Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

17 Oktober 2018

ilustrasi susu (pixabay.com)
Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang sampai ke masalah stunting.