Ia memang tidak setenar Noordin M. Top, tapi dia cukup disegani oleh para mujahidin di Ambon. Sebab pria yang sempat pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Al-Manar, Utan Kayu itu pernah menjadi Komandan Laskar Mujahidin dan berhasil menyabot gudang senjata Brimob di Tantui, Ambon pada 2000.
Di Poso ia memiliki jaringan dengan grup bersenjata yang kerap disebut Mujahidin Kayamanya. Selanjutnya ia terlibat dalam sejumlah aksi terorisme, bahkan menyembunyikan Noordin M. Top.
Selain bom buku, kelompok Sonata dikenal mahir merakit bom termos dan senter berdaya ledak rendah.
Berikut rekam jejaknya:
2000
Menjadi salah satu perekrut pejuang dalam konflik Ambon dan Poso, saat itu ia dan laskarnya berhasil menyabot gudang senjata Brimob di Tantui, Ambon.
2002
Ia bertemu dengan Dulmatin dan Umar Patek, yang saat itu melarikan diri pasca Bom Bali I, di Jakarta. Mereka meminta Sunata membantu menemui jaringan pejuang Ambon untuk membantu membuka kamp pelatihan di Mindanao, Filipina.
2003
Sunata bersama Maulana pergi ke Filipina.
2004
Meminta Umar Patek mengirimkan senjata untuk konflik Ambon
April 2004
Menyiapkan dan mendanai kamp pelatihan Olas, Seram Barat yang diperuntukkan sebagai pengkaderan pejuang bagi konflik Ambon. Ia juga dianggap berperan sebagai kurir bagi penyandang dana dari Timur Tengah untuk pejuang Filipina
Desember 2005
Ditangkap karena dituduh terlibat aksi terorisme.
Mei 2006
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis 7 tahun penjara karena ia terbukti menyembunyikan gembong teroris Noordin M. Top serta menguasai senjata api untuk terorisme
2010
Densus 88 menangkap Sonata di Klaten pada tanggal 23 Juni.
Rudy P I Berbagai Sumber