TEMPO Interaktif, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) memprediksi ekspor ikan ke Jepang khususnya udang dan ikan tuna akan terhambat dalam satu sampai dua bulan ke depan.
"Tapi setelah dua bulan dari tsunami Jepang, ekspor justru akan meningkat karena permintaan kebutuhan Jepang akan ikan cukup besar. Apalagi tsunami kemarin banyak merusak industri perikanan Jepang," kata Ketua Umum AP5I Thomas Darmawan saat dihubungi hari ini (15/3).
Tingginya permintaan produk ikan ke Jepang karena ikan merupakan komoditas pangan utama masyarakatnya. Konsumsinya setara dengan 70 persen dari total porsi makan atau 60 kilogram per orang per tahun. Jumlah itu jauh di atas rata-rata konsumsi Malaysia dan Indonesia masing-masing 37 kilogram dan 30 kilogram per orang per tahun.
Ekspor ikan Indonesia ke Jepang bisa saja dialihkan ke daerah pantai selatan, seperti Tokyo, Osaka, dan Kobe dari sebelumnya melalui pantai Utara yaitu Sendai. Menurut Thomas Jepang merupakan pasar ekspor udang Indonesia ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan Eropa.
Tahun 2009 volume ekspor udang ke Jepang sebesar 32.850 ton dengan nilai US$ 285,6 juta, dan pada 2010 ekspor udang ke Jepang sebesar 31.950 ton dengan nilai US$ 328,59 juta. Untuk ekspor tuna, pada 2009 nilainya mencapai 45,3 juta. Jepang sendiri juga banyak mengimpor ikan dari Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
"Harga jual udang rata-rata 6-14 dolar Amerika Serikat per kilogram. Dan harga tuna saat ini berkisar antara 500-1.000 Yen per kilogram," jelasnya.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat, permintaan impor ikan AS dan Eropa dari Indonesia masing-masing mencapai US$ 900 juta dan US$ 350 juta dari total ekspor Indonesia di tahun 2010 sebesar US$ 2,9 Juta.
ROSALINA