Menurut Gunarta, yang membidangi urusan organisasi dan keanggotaan Kadin, gangguan pengiriman itu karena tidak memungkinkannya infrastruktur di negara itu. Seperti pelabuhan. Sedianya, lanjut dia, pengiriman akan kembali dilakukan setelah mendapat informasi bahwa kondisi di sana telah memungkinan untuk menerima barang. “Paling tidak setelah recovery pasca bencana,” kata dia.
Sejumlah komoditas ekspor dari DIY yang selama ini dikirim ke Jepang di antaranya adalah mebel, tekstil, ikan dan produk pertanian. Dengan total nilai semua komoditas ekspor Yogyakarta mencapai Rp 1 triliun, telah terjadi penurunan nilai pengiriman sebesar 40-50 persen. Jepang, menurut dia, adalah satu negara tujuan ekspor Indonesia terbesar kelima.
Namun demikian, menurut dia, tanpa mengesampingkan kepedulian terhadap bencana yang sedang terjadi, ada potensi peningkatan nilai ekspor yang bisa dimanfaatkan dari peristiwa itu. Dia memberi contoh, akibat besarnya potensi kerusakan bangunan yang ditimbulkan, bisa membuka peluang ekspor mebel lebih besar ke Jepang.
ANANG ZAKARIA