Rangkaian bom seperti itu banyak digunakan saat konflik SARA di Poso dan Ambon. Pelaku teror hanya mengubah kemasan pembungkus rangkaian bom. Di Poso dan Ambon, bom dikemas seperti senter atau termos dan diletakkan di depan rumah target. Mengubah kemasan bom menjadi buku adalah cara agar target tak mengira dikirimi bom.
Sumber Tempo di kepolisian menyebutkan pelaku bom itu kelompok Fadli Sadama alias Fernando alias Said, 28 tahun. Fadli adalah anggota jaringan teroris lama. “Ada hubungannya dengan kelompok Medan,” kata sumber itu kemarin. Mereka terlibat perampokan berdarah di Bank CIMB Niaga Medan, September 2010.
Desember 2010, Fadli tertangkap di Johor Bahru oleh Special Branch Polisi Diraja Malaysia, unit khusus yang menangani teror, keamanan dalam negeri intensitas tinggi di Malaysia. Fadli memiliki hubungan dengan kelompok di Malaysia dan The Pattani United Liberation Organization di Thailand Selatan. Fadli berencana ikut latihan di dua negara itu, lalu kembali ke Indonesia.
Ia pernah dibui di Tanjung Gusta, Medan, karena merampok Bank Lippo Medan pada 2003. Hasil rampokannya digunakan membiayai peledakan bom di Hotel JW Marriott Jakarta pada 2003. Lima tahun kemudian, Fadli kembali dihukum di Aceh karena merampok BRI di Aceh pada 2008. Bebas dari Aceh pada Juli 2010, Fadli mencari dana melalui jaringan pengedar narkoba di Filipina dan Thailand. “Hasil penjualannya untuk membeli senjata api,” kata sumber itu. Keyakinan sumber tersebut didasari jenis bom. “Jenis lama dengan model baru.” Sama dengan bom-bom teror di Poso pada 2006 sampai 2009.
Juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar, mengakui bahwa empat bom buku di empat lokasi berbeda, termasuk yang dikirim ke rumah Ahmad Dhani kemarin, memiliki kandungan bahan peledak serupa. Namun ia belum memastikan pengirim empat bom buku itu orang yang sama. "Kami belum tahu kaitannya," kata juru bicara Komisaris Besar Baharudin Djafar kemarin.
Buku yang dikirim ke Utan Kayu dan BNN berjudul sama, yaitu "Mereka Harus Dibunuh Karena Dosa-dosa kepada Kaum Muslimin". Sedangkan buku untuk Yapto bertema Pancasila, dan buku untuk Dhani berjudul "Yahudi Militan".
Polisi juga belum menyimpulkan apakah kurir pengirim paket bom adalah orang yang sama. Kurir di Utan Kayu teridentifikasi oleh saksi, sedangkan di lokasi lainnya tidak. Rentang waktu pengiriman keempat paket, yang tidak terlalu jauh, menunjukkan kemungkinan paket diantar oleh orang berbeda. "Tapi kami belum bisa membuat kesimpulan."
DIMAS | ERWIN DARIYANTO | PUTI NOVIYANDA | ENDRI K