Pengusaha perikanan memprediksi ekspor udang ke Jepang bakal naik saat negeri itu berbenah diri. Sebab, banyak industri perikanan yang hancur dihajar tsunami.
"Peningkatannya sekitar lima persen dari rata-rata ekspor bulanan," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia Thomas Darmawan ketika dihubungi kemarin.
Pada 2010, ekspor udang ke Jepang mencapai US$ 375 juta, dengan rata-rata ekspor bulanan sekitar US$ 31 juta. Kenaikan ekspor tipis karena keuangan Jepang lebih banyak dikerahkan untuk memperbaiki infrastruktur.
Senada Thomas, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu optimistis ada peningkatan ekspor ke Jepang. "Saya sempat berbicara dengan beberapa eksportir, ada peningkatan pesanan udang dan ikan untuk menggantikan produk yang terkontaminasi (radiasi nuklir)," kata Mari.
Selain udang, tentu saja komoditas lain yang bakal naik adalah kayu olahan buat kebutuhan rekonstruksi. Kenaikannya cukup besar, sekitar 10 persen.
Kepala Divisi Pemasaran Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia Jimmy Chandra bertutur saat Negeri Matahari Terbit membangun kota-kota yang terkena tsunami, kebutuhan kayu untuk rumah sederhana akan naik.
Selama ini, 37 persen ekspor kayu Indonesia ditujukan ke Jepang. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor kayu olahan yang menggunakan tarif preferensi dalam kerangka kerja sama Indonesia Japan Economic Partnership (IJEPA) saja sebesar US$ 19,61 juta per bulan.
Pada Januari, ekspor kayu olahan yang menggunakan tarif IJEPA mencapai US$ 247,8 juta. "Sejak bencana tsunami yang lalu, ekspor ke Jepang belum ada gangguan," kata Jimmy.
Produsen nikel, PT International Nickel Tbk (INCO), pun memastikan ekspor mereka ke Jepang tetap lancar. "Ekspor kami tidak terganggu dan tidak dialihkan," kata Direktur Utama INCO Tony Wenas dalam pesan pendek.
Ekspor INCO pada 2010 sebesar 75.989 ton. Seluruhnya ditujukan ke Jepang. Kondisi ini berbeda dengan ekspor batu bara. Setelah gempa dan tsunami, ekspor batu bara Indonesia ke Jepang terhambat.
Satu unit kapal pengangkut batu bara dialihkan ke Cina. Pengalihan pasokan dilakukan karena Jepang masih menghitung kebutuhan energi listrik untuk mengganti kehilangan pasokan dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang rusak.
Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami membenarkan ekspor Indonesia ke Jepang tidak banyak terganggu. "Asosiasi karet juga menyatakan tidak ada dampak ekspor akibat tsunami. Sebab, basis industri otomotif ada di negara lain," kata dia.
Begitupun Bustami tidak memungkiri kalau bencana ini pasti akan ada dampaknya pada kinerja ekspor Indonesia. Sebab, Jepang termasuk lima besar negara tujuan ekspor. "Pasti akan ada koreksi, namun kami belum bisa menghitungnya," ujar dia.
Menteri Mari mengimbuhkan, jika berkaca pada bencana gempa Kobe tahun 1995 yang lalu, biasanya kinerja ekspor akan terkoreksi pada satu kuartal saja di tahun berjalan.
Kuartal berikutnya perekonomian Jepang akan naik kembali seiring dengan proses rekonstruksi dan rehabilitasi yang mendorong pertumbuhan impor.
Bank Dunia juga yakin pertumbuhan ekonomi Jepang hanya melambat untuk sesaat. Gempa Kobe mengajarkan bahwa Jepang hanya butuh waktu tiga bulan untuk mengatasi dampak bencana alam.
"Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Jepang akan negatif hingga pertengahan tahun ini. Pertumbuhan akan terjadi pada triwulan berikutnya sebagai upaya rekonstruksi," tulis Bank Dunia dalam laporan perkembangan ekonomi Asia Timur dan Pasifik yang dirilis dua hari silam.
Bank Dunia secara resmi belum menghitung nilai kerusakan. Hanya, mengutip dari perkiraan lembaga swasta, kerugian ditaksir US$ 122-235 miliar atau 2,5-4 persen dari PDB negara itu. Gempa Kobe menyebabkan kerusakan senilai US$ 100 miliar atau sekitar 2 persen PDB.
EKA UTAMI APRILIA | EFRI RITONGA