TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Antam (Persero) Tbk. mencatat kenaikan laba bersih yang cukup signifikan pada 2010. Laba bersih (audited) perusahaan tercatat sebesar Rp 1,68 triliun atau naik dari 2009 yang sebesar Rp 604,30 miliar.
“Kenaikan laba tersebut disebabkan peningkatan penjualan komoditas feronikel yang memiliki marjin lebih besar serta peningkatan harga komoditas,” kata Sekretaris Perusahaan Antam Bimo Budi Satriyo, saat dihubungi, Rabu (23/3).
Tingkat penjualan (audited) Antam juga mengalami peningkatan. Pada 2010, penjualan perusahaan tercatat sebesar Rp 8,77 triliun atau naik dibandingkan tahun sebelumnya Rp 8,71 triliun. Aset juga naik menjadi Rp 12,31 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 9,93 triliun. Selain karena upaya manajemen Antam menurunkan resiko fluktuasi harga dengan menghentikan kegiatan trading logam mulia pada awal 2010, peningkatan laba bersih terjadi karena komoditas seperti feronikel dan bijih nikel mengalami peningkatan volume penjualan dan harga jual rata-rata.
Volume penjualan komoditas feronikel pada 2010 sebesar 18.254 TNi, atau naik 29 persen dibandingkan 2009. Harga jual rata-rata juga meningkat menjadi US$ 10,12 per pon, atau naik 49 persen dibandingkan 2009. Kondisi tersebut mendorong pendapatan dari feronikel melonjak menjadi Rp 3,679 triliun, atau naik 71 persen dibandingkan 2009.
Sementara, volume penjualan bijih nikel juga melonjak. Pada 2010, volume penjualannya sebesar 5.863.840 wet metrik ton, atau naik 20 persen dibandingkan 2009. Dengan meningkatnya harga jual rata-rata, semakin mendorong peningkatan pendapatan dari bijih nikel menjadi Rp 2,364 triliun, atau naik 39 persen dibandingkan 2009. Secara keseluruhan, segmen usaha nikel Antam menyumbang 69 persen dari total penjualan Antam pada 2010.
Terkait dengan bencana yang melanda Jepang saat ini, Bimo memperkirakan target ekspor nikel Antam ke negara tersebut tidak terganggu. “Tahun lalu kami ekspor nikel ke Jepang sekitar 2,2 juta ton. Permintaan nikel kan banyak. Kalaupun nanti permintaan Jepang akan berkurang, kami bisa alokasikan ke negara lainnya,” lanjut Bimo.
EVANA DEWI