TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Kebijakan ekonomi pemerintah saat ini dinilai tak jauh beda dengan masa Orde Baru. Selain kerap salah sasaran juga belum menyentuh kalangan masyarakat kecil. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menghimbau agar kader di setiap daerah di Indonesia turut mengawasi implementasi kebijakan itu.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum PBNU Said Agil Siradj usai menutup Rapat Pleno PBNU di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Senin malam, 28 Maret 2011. Siradj mencontohkan salah satu program pemerintah yakni kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dialokasikan pemerintah sebesar 16 triliun rupiah masih dinikmati kelompok menengah ke atas, bukan rakyat golongan miskin dan membutuhkan.
Menurut Siradj dari hasil pantauan NU di sejumlah daerah, faktanya masih banyak kalangan kecil yang untuk mengakses pinjaman dari KUR sebesar 2,5 juta rupiah ke bawah saja kesulitan karena harus menggunakan agunan (jaminan). "Mana punya orang-orang kecil itu jaminan?” kata Siradj.
Sebaliknya, lanjut Siradj, KUR lebih mudah diakses untuk melayani pinjaman orang-orang dengan nilai 50 juta ke atas, yang notabene secara ekonomi pinjaman sebesar itu termasuk orang yang sudah mapan dan memiliki jaminan,”kata dia.
Dengan latar belakang tersebut, Siradj meminta pemerintah maupun bank tidak lagi ketakutan pinjaman rakyat melalui KUR tidak kembali karena tidak ada jaminan. “Pemerintah tidak perlu takut lagi, NU bersama tokoh masyarakat siap menjadi pendamping pemerintah agar masyarakat kecil bisa mengakses program ekonomi yang dilaksanakan,” kata dia.
iradj juga mencurigai pendataan Badan Pusat Stratistik (BPS) saat ini yang menunjukan angka kemiskinan di Indonesia telah bawah 13 persen kurang valid dan sulit dipercaya. “Kami yakin masih di atas 13 persen, bukan di bawah itu,” kata dia.
Ditambahkan Siradj, konsep ekonomi pemerintahan SBY saat ini lebih mirip pola Orde Baru. Meski semakin membaik pertumbuhannya, namun masih saja jauh dari pemerataan. “Masih seperti Orde Baru polanya. Pertumbuhan besar tapi meninggalkan pemerataan. Hanya menghasilkan segelintir konglomerat,” kata dia.
PRIBADI WICAKSONO.