"Itu sektor andalan daerah ini, pengembangan industri harus fokus ke sektor itu," kata Alex Retraubun, Wakil Menteri Perindustrian saat menghadiri pertemuan Forum Komunikasi Lintas Sektor Kementrian Perindustrian dengan Dunia Usaha di Kota Makassar, Senin ( 25/4 ).
Menurut Alex, pemerintah telah membagi enam koridor ekonomi yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Bali, Sulawesi, Papua.
Koridor ekonomi tersebut, kata dia, untuk mendukung percepatan ekonomi di sektor industri. Provinsi Sulawesi Selatan berada dalam koridor lima bersama lima provinsi lain di pulau Sulawesi.
Selain tiga sektor tersebut, Kementrian Perindustrian juga menetapkan Sulawesi Selatan sebagai pusat produksi komoditi nikel."Daerah ini terkenal dengan tambang nikelnya," kata dia.
Menurut Alex, Pemprov Sulsel jangan bermimpi menghadirkan industri lain seperti otomotif, elektronik dan lainnya sementra industri di sektor komoditi unggulan terabaikan. "Industri pengolahan yang akan dikembangkan harus sesuai dengan potensi komoditi unggulan daerah," kata dia.
Alex menuturkan Sulawesi Selatan memiliki komoditi unggulan seperti beras, kakao, ikan dan udang. Untuk itu, daerah harus didorong agar mampu menarik investor di sektor tersebut.
Dengan berlakunya Kawasan Perdagangan Bebas Cina-Asia ( CAFTA), dia mengatakan daerah dituntut untuk meningkatkan daya saingnya di sektor komoditi unggulan.
"Jangan hanya bahan baku yang terus diekspor tetapi bahan jadi atau setengah jadi yang perlu diekspor kedepan," kata dia.
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu'mang mengatakan, pemerintah Sulawesi Selatan terus menggenjot perkembangan industri pengolahan di sektor pertanian dan kelautan.
Hanya saja, kata dia, meskipun pemerintah kabupaten/kota di Sulsel telah berupaya mengajak investor untuk menamkan modalnya dengan membangun industri pengolahan di tiga sektor tersebut, namun hingga saat ini peluang tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh investor.
Di Sulawesi Selatan, kata Agus, Industri pengolahan dan pengalengan ikan baru terdapat satu industri yakni di Bantaeng, investornya asal Jepang. "Kami berharap daerah lain juga mengikuti Bantaeng agar mendorong pengembangan industri pengolahan," kata dia.
Agus menyebutkan pembangunan industri pengolahan cukup potensial mengingat volume ekspor beberapa komoditi unggulan Sulawesi Selatan cukup menunjang.
Sepanjang 2010, Sulawesi Selatan telah memproduksi 176 ribu ton kakao, Sedangkan untuk komoditi udang, Pemprov Sulsel menargetkan produksinya mencapai 30 ribu ton pada 2013, dan jagung sebesar 1,5 juta ton pada 2013. "Untuk beras, kita tetap jaga surplus 2 juta ton," kata Agus.
INDRA OY