Aksi yang diikuti wartawan media cetak dan elektronik di makam Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, siang tadi mendapat pengawalan ketat Kepolisian Resor Nganjuk. Puluhan polisi berseragam lengkap dan preman tampak berjaga-jaga di kawasan menuju makam Marsinah.
Diawali dengan membersihkan makam Marsinah yang berada di tengah areal sawah, para jurnalis melakukan tahlil dan tabur bunga. Mereka mendoakan arwah Marsinah agar tenang di sisi-Nya meski sampai sekarang pelaku pembunuhan buruh PT Catur Putra Surya itu tak pernah terungkap.
“Semangat Marsinah untuk memperjuangkan nasib buruh tak pernah padam,” kata Koordinator Divisi Serikat Pekerja AJI Kediri, Danu Sukendro, Minggu, 1 Mei 2011.
Danu menjelaskan ziarah ke makam Marsinah ini merupakan bentuk keprihatinan para jurnalis terhadap nasib buruh di Indonesia. Hingga saat ini, AJI masih mencatat tingginya angka kekerasan terhadap pekerja media. Kasus pembunuhan kontributor Sun TV, Ridwan Salamun, yang tak pernah terungkap telah menambah daftar panjang kematian buruh. Demikian pula pelemparan bom molotov ke kantor Majalah Tempo dan bom buku di kantor Radio 68H yang tak bisa diselesaikan polisi.
Selain menuntut perlindungan hukum pada wartawan, AJI Kediri juga meminta pemilik media memperhatikan nasib pekerjanya. Sebab, survei yang dilakukan AJI Kediri awal tahun lalu menunjukkan sebagian besar media di wilayah eks-Karisidenan Kediri masih menggaji wartawannya di bawah Upah Minimum Kota (UMK). Bahkan beberapa wartawan terpaksa mencari penghasilan sendiri karena media tempatnya bekerja tak mampu memberi upah. “Mereka hanya diberi upah dari prosentase iklan yang diperoleh,” kata Danu.
Pada peringatan Hari Buruh (May Day) ini, AJI Kediri juga menuntut penuntasan kasus pembunuhan Marsinah. Kematian Marsinah dianggap sebagai utang pemerintah dan aparat penegak hukum kepada jutaan buruh di Indonesia. Sejak mayatnya ditemukan di gubuk reyot tepi sawah Desa Wilangan Nganjuk, 9 Mei 1993, jejak pelaku pembunuhan aktivis buruh itu tak pernah terendus.
Sebelum ditemukan tewas, Marsinah diketahui terlibat gerakan penuntutan kenaikan upah pada manajemen PT Catur Putra Surya, tempatnya bekerja. Perempuan itu dinyatakan hilang setelah memasuki markas Komando Distrik Militer Sidoarjo. Dia diperiksa karena dituding menggerakkan aksi unjuk rasa buruh dan dituding mengganggu stabilitas keamanan.
HARI TRI WASONO