Ia mengatakan dirinya bukan pemakai marijuana. Namun, dirinya berkeinginan untuk memberikan edukasi dan fakta yang obyektif pada masyarakat terkait keberadaan ganja ini. "Selama ini, informasi soal ganja bias sehingga masyarakat kurang paham," ujar perempuan yang didaulat Lingkar Ganja Nusantara sebagai tim edukasi pemakai ganja.
Siti menegaskan tamanan ganja bisa digunakan sebagai bahan baku kertas buat industri. Bahkan tamanan ini bisa di panen tiga kali dalam setahun. Selain itu, ganja juga dipakai pengobatan medis, seperti kemoterapi kanker dan HIV/AIDS. "Ada diskriminasi pada para pemakai ganja, apalagi dari undang undang," katanya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Iyun, salah satu peserta aksi Global Marijuana March. Menurutnya, adanya ketimpangan informasi soal ganja di masyarakat sehingga membuat orang tua yang anaknya menghisap ganja mempunyai kekhawatiran sangat berlebihan. "Pemerintah harusnya memberikan informasi yang lengkap. Pada akhirnya masayarakat bisa memprotek sendiri," ujar pria yang mengaku menghisap ganja sejak SMP itu.
Pria yang mengaku baru berhenti menkomsumsi ganja tahun 2005 ini menegaskan dirinya pernah terkena stigma sebagai pecandu. Ia pun meminta kriminalisasi pada pecandu untuk dihentikan.
Iyun menegaskan pengetahuan yang lebih awal soal marijuana akan mencegah dengan sendirinya masyarakat untuk memakai ganja, "Selama ini, informasi yang dikeluarkan kebanyakan yang buruknya. Padahal, ada manfaatnya juga." ujar karyawan bagian pemasaran ini.
Aksi Global Marijuana March yang diikuti 50 orang ini bertujuan menggolkan legalisasi ganja. Para peserta aksi memakai kaos putih bergambar ganja dengan backgroud kepulauan nusantara. Selain itu, mereka juga membawa berbagai spanduk yang berisi ajakan melegalkan ganja, antara lainnya, "Pengguna Ganja Bukan Kriminal" dan "Ganja Bukan Narkoba". Para peserta juga memakai pita hijau yang dipasang di lengan dan pakaian mereka. Aksi ini direncanakan berlangsung sampai pukul 12.00 nanti.
ALWAN RIDHA RAMDANI