Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Darwin Zahedy Saleh, pemanfaatan tenaga surya tersebut sangatlah penting sebagai upaya diversifikasi energi, terkait makin menipisnya produksi minyak nasional. "Kita memperbesar proporsi dan mempercepat energi matahari dan energi dari angin," ujar Darwin , dalam acara Indo Solar Wind 2011 di Jakarta, Rabu 11 Mei 2011.
Apalagi, potensi listrik dari matahari yang dimiliki oleh Indonesia cukup besar. Namun, kapasitas yang dioptimalkan hingga saat ini baru terpasang sekitar 13 MW. Dari angka tersebut, PLN mengelola sekitar 2 MW. Tahun ini dengan target melistriki 100 pulau, PLN akan menambah kapasitas terpasang energi surya sekitar 10 hingga 20 MW.
Salah satu hambatan kurang berkembangnya pemanfaatan energi surya selama ini adalah terdapatnya kendala di industri jasa penunjang yang belum mampu meproduksi komponen sel surya secara mandiri. Selama ini, masih banyak komponen peralatan yang digunakan untuk mengembangan energi jenis ini yang harus didatangkan dari luar negeri. "Potensi yang besar ini harus ada industri penunjang di dalam negeri sehingga tidak akan impor lagi," lanjut Darwin.
Hal tersebut diakui oleh salah satu perusahaan lokal yang bergerak di bidang pengembangan energi surya, PT Jasa Listrik Nasionalindo.""Sel surya kita masih impor dari Yingli, China karena di dalam negeri belum ada industri pembuatan komponen sel surya," kata Direktur Utama PT Jasa Listrik Nasionalindo, Zeffanya Agustinus.
Meskipun begitu, dia optimis industri penunjang teknologi pembangkit listrik tenaga surya ini akan semakin maju. Apalagi, saat ini PLN sedang gencar memperbanyak pembangunan PLTS di wilayah Indonesia Timur. Tahun ini saja, perusahaan listrik pelat merah itu berencana melistriki 100 pulau terdepan dengan tenaga surya. PLN menargetkan bisa membangun 1.000 PLTS hingga 2015 nanti.
GUSTIDHA BUDIARTIE