Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Persepsi Perupa Tentang Mode  

image-gnews
Pameran seni kontemporer oleh Centre Culturel Francais (CCF) Jakarta,yang bertajuk
Pameran seni kontemporer oleh Centre Culturel Francais (CCF) Jakarta,yang bertajuk "Dysfashional #6 Jakarta" di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Bangunan berbentuk kubus itu tersusun dari lempengan-lempengan logam berwarna perak. Masing-masing sisinya memiliki sebuah lubang besar. Dari lubang yang bentuknya berbeda-beda itu kita bisa melongok ruang di dalamnya, menyaksikan tayangan video pada layar televisi yang terpasang di sana. Semacam passion room yang mempresentasikan fantasi, kreativitas, dan hasrat melalui tekstur, visual, dan suara audio untuk memberikan suasana bagi fantasi orang-orang yang melihatnya.

Inilah kreasi eksperimental seniman multitalenta Jay Subyakto dan perancang busana Stella Ressa. Karya instalasi bertajuk Bosex itu dipajang di ruang pamer Galeri Nasional mulai 8-15 Mei 2011 . Kotak perak itu menunjukkan bahwa fashion itu sebuah pilihan yang sangat bebas. “Setiap sisinya mewakili masing-masing pilihan, feminin, maskulin, androgini, dan animal,” jelas Jay.

Jay dan Stella terpilih mewakili seniman-seniman muda tanah air untuk menunjukkan kreativitasnya. Selain mereka, terpilih pula Kiki Rizki yang berkolaborasi dengan Erika Ernawan, Oscar Lawalata, Davy Linggar, Deden Hendan D., Dita Gambiro, dan Ruang Rupa. Mereka bergabung dengan Hussein Chalayan, Antonio Marras, Gaspard Yurkievich, Raf Simons, dan Michael Sontag yang dikenal sebagai seniman besar seni kontemporer Eropa dalam pameran bertajuk Dysfashional #6.

Luca Marchetti, salah seorang kurator pameran ini menjelaskan Dysfashional dirancang sebagai sebuah situs di mana pameran menjadi ruang eksperimen, sebuah tanah eksplorasi baik untuk seniman maupun pengunjung. Dysfahional menurut pria berkebangsaan Italia itu, tidak menyuguhkan fashion dalam wujud pakaian dan sebagainya, tetapi menunjukkan bahwa fashion melampaui obyek yang menjadikannya materi. “Fashion adalah suatu sensibilitas yang tidak stabil,” jelasnya. Fashion dalam pameran ini diinterpretasikan dalam arti seluas-luasnya.

Jakarta sendiri terpilih sebagai kota pertama di luar Eropa yang menyelenggarakan pameran ini. Sebelumnya, Dysfahional yang menampilkan berbagai karya yang diseleksi dua kurator Italia, Luca Marchetti dan Emanuele Quinz, itu digelar di Luxembourg (2007), Lausanne (2008), Paris (2009), Berlin dan Moskow (2010).

Dysfashional #6 digelar di Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) Jakarta, bekerja sama dengan Goethe-Institut Indonesien, Galeri Nasional ,serta Majalah Dewi, dalam rangka pembukaan Festival Seni Prancis 2011. “Acara ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi seniman-seniman Indonesia menampilkan karya-karya kreatif mereka,” jelas Direktur CCF Jakarta David Tursz.

Inda C. Noerhadi, kurator dari Galeri Nasional Indonesia menjelaskan proyek pameran seni ini disiapkan dalam waktu cukup singkat. Rapat pertama antara CCF Jakarta, Goethe-Institut, dan Galeri Nasional digelar pada awal Februari 2011 . Kemudian, pada pertengahan Februari, dua kurator Luca Marchetti dan Emanuele Quinz datang dari Paris untuk bertemu beberapa perancang busana dan seniman Indonesia yang diundang dari berbagai tradisi, generasi, tujuan artistik, dan wilayah kerja yang berbeda, namun memiliki semangat yang sama untuk mendukung Dysfashional.

Rangkaian rapat dan diskusi dilakukan untuk menguatkan tujuan proyek seni ini, yakni bukan untuk mendefinisikan mode, tetapi untuk menekankan fenomena mode yang amat penting dalam evolusi aliran-aliran kreatif baru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Proses menyamakan ide itu, jelas Inda, bukanlah persoalan mudah. “Ada beberapa kesalahpahaman mengenai topik, bahwa pameran ini sama sekali bukan menampilkan pakaian atau garmen,” jelasnya. Setelah melewati proses diskusi dan dialog, terpilihlah tujuh artis Indonesia (dua perancang busana dan dua seniman) dari latar belakang yang beragam. Mereka diberi kesempatan untuk mengekspresikan visi-visi , dunia, dan imajinasi mereka tentang fashion.

Dua seniman, yakni Dita Gambiro dan Deden Hendan Durahman menyajikan dua karya lama mereka. Duta memamerkan dua karya instalasinya, Mbak Yu dan Savety First yang dibuat pada 2007. Mbak Yu merupakan sebuah rangkaian tujuh sapu yang digantung di dinding dengan ukuran berbeda. “Sapu mewakili peran domestik perempuan,” katanya. Sementara, Safety First adalah lima rangkaian helm yang terbuat dari rambut sintetis, sanggul, aksesoris rambut, helm, dan rotan yang dipajang d atas meja putih. “Helm lebih sebagai lambang perlindungan,” kata Gita.

Lain lagi dengan Deden. Dalam pameran ini, dia memajang dua karya fotografi yang dibuatnya pada 2008. Karya fotografi berukuran 120 x 250 sentimeter berjudul Corpus: Perspective I & II itu dianggap sebagai cerminan pemikiran fundamental yang mengatakan bahwa mode dimulai dari titik nol. Manusia dilahirkan tanpa pakaian dan kemudian ditutupi oleh mode dan menggunakan banyak elemen atau aksesoris untuk memperkuat identitas mereka.

Emanuele Quinz menjelaskan Dysfashional yang berasal dari budaya Eropa telah melahirkan mode kontemporer yang menngandung konsep yang selalu membentuk perkembangan artistik. “Konsepnya sangat sederhana, tapi rumit untuk dipahami,” jelas Emanuele. Setiap seniman diberi kesematan mengeksplorasikan fashion dari sudut pandangnya, baik dalam bentuk karya instalasi, fotografi, dan berbagai medium lainnya.

Kiki Rizky dan Erika Ernawan, misalnya, menyuguhkan perspektif mereka tentang fashion lewat video performance berjudul "Let’s Talk About". Di video itu, terlihat Kiki dan Erika terus mengoceh soal fashion, tapi satu sama lain “tidak nyambung”. Erika bicara soal sejarah fashion, sedangkan Kiki membaca majalah fashion secara tidak berurutan. “Kami berusaha memahami fashion dengan cara banal. Seperti menjebak diri dalam kenihilan, berawal dari ketiadaan, berakhir pada ketiadaan pula,” jelas Kiki.


NUNUY NURHAYATI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

33 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

40 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.