Andi mengakui bahwa upaya untuk membuat mitigasi atau pemetaan daerah rawan bencana terbilang terlambat jika dibandingkan dengan Jepang yang sudah memilikinya sejak tahun 1925. "Peta mitigasi bencana ini baru terpikirkan pasca tsunami Aceh pada 2004 silam," ujar Andi.
Pemetaan daerah rawan bencana ini dinilai Andi sangat penting sebagai upaya peringatan dini apalagi wilayah Indonesia berada pada daerah rawan gempa. "Upaya ini juga merupakan bagian dari program pemerintah mengenai pengurangan resiko bencana," tutur Andi.
Saat ini Pemerintah sedang bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti akademisi dari ITB, BNPB, dan para peneliti untuk membuat peta daerah yang berpotensi tsunami. Para peneliti, menurut Andi, sedang membuat suatu modeling mengenai kemungkinan terjadinya bencana tsunami dan gempa. Hal ini perlu agar korban bisa ditekan lebih kecil. "Kami juga tidak ingin kecolongan," kata Andi.
Menurut dia, bencana seperti gempa dan tsunami bisa dipastikan kekuatannya. Selain itu kejadian seperti gempa umumnya bersifat pengulangan. "Kalau soal kapannya, tentu belum ada yang tahu," ujar Andi.
Selain itu, hasil kerja sama yang sudah dilakukan antara pihak pemerintah dengan instansi terkait untuk menerapkan sistem peringatan dini salah satunya dengan membuat kebun binatang. "Kami juga buat shelter penyelamatan," kata Andi.
ADITYA BUDIMAN