Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kini, Sumarah Lebih Murung

image-gnews
Sumarah karya DonnyKabo.(TEMPO/Anang Zakaria)
Sumarah karya DonnyKabo.(TEMPO/Anang Zakaria)
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta -


“Bukannya kebetulan, Nduk, namamu Sri Sumarah. Dari nama itu, kau diharap berlaku dan bersikap sumarah. Pasrah dan menyerah. Lho, ini tidak berarti lantas kau diam saja, Nduk. Menyerah di sini berarti mengerti dan terbuka tetapi tidak menolak mengerti, Nduk. (hlm.10).”

Kalimat yang dikutip dari novel Umar Kayam, Sri Sumarah dan Bawuk (1975), itu tertulis di atas kanvas putih berukuran 100x150 sentimeter. Ditulis perupa muda berusia 32 tahun, Donikabo. Kanvas itu diapit dua lukisan bergambar sosok perempuan bermuka muram.

Berkerudung dengan gelang dan arloji melingkar di kedua tangan, wajah perempuan itu terlihat benar-benar sumarah. Pasrah dan menyerah. Seperti ekspresi yang ditampilkan, Donikabo memberi kedua judul lukisannya itu Tidak Sumarah I dan II.

Kedua sosok wanita dalam kedua lukisan itu adalah sosok yang sama. Hanya pose tubuhnya saja yang membedakan. Tidak Sumarah I menggambarkan sosok perempuan setengah badan. Dia sedang bertopang dagu dengan tangan kanan dan tatapan matanya kosong. Entah apa yang sedang terpikir di benaknya.

Pada Tidak Sumarah II, sosok perempuan itu terlihat meletakkan kepalanya di atas meja. Berbantal sebelah tangan, satu tangan yang lain telapaknya tertindih dagu. Lagi-lagi, ekspresinya tak kalah menyerah dengan lukisan pertama, Tidak Sumarah I. Matanya masih tetap kosong memandang.

Dipamerkan di Sangkring Art Project Yogyakarta, 12-20 Mei 2011, empat lukisannya yang lain pun menampilkan ekspresi yang sama dengan sosok perempuan yang sama pula. Semuanya terlukis dalam dua warna. Hitam dan putih. Masing-masing lukisannya yang hampir berukuran sama itu diatur tergantung dan dipisahkan kanvas putih bertuliskan nukilan kalimat yang diambil dari novel Sri Sumarah dan Bawuk.

“Ini adalah interupsi saya terhadap Sumarah yang kini murung,” kata Donikabo, di sela-sela pembukaan pamerannya, Kamis, 12 Mei 2011 malam kemarin. Dia mengaku terinspirasi kepribadian Sri Sumarah dalam novel Umar Kayam dan mengangkatnya menjadi tema pameran tunggalnya itu.

Seperti makna dari namanya, sumarah (bahasa Jawa), Sumarah adalah sosok perempuan yang penuh sifat pasrah. Dalam tiap lukisannya, Donikabo menampilkan Sumarah berkeredung, sebagai cermin kepasrahan diri perempuan yang bersandar pada atribut keagamaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengambil latar belakang Indonesia di tahun 1965, dikisahkan Sumarah adalah sosok perempuan Jawa yang tegar menjalani kehidupan. Satu persatu derita hidup menyapa, dia tetap pasrah menjalani.

Pasrah dijodohkan dengan Mas Marto lantas ditinggal mati lelaki yang belakangan menjadi suaminya itu. Dengan kondisi itu, dia harus banting tulang menghidupi Tun, buah hatinya.

Derita tak berakhir di sini. Setelah besar, Tun ternyata diketahui hamil di luar nikah lantas menikah dengan Yos yang dibunuh karena dituding terlibat PKI. Tun pun ditahan. Dan kini, tinggallah Sumarah yang harus menanggung penghidupan Ginuk, cucunya. Semua derita hidup, dilalui Sumarah dengan senyum.

Pembaca karya Donikabo, Hendra Himawan, mengatakan Donikabo mencoba memaknai ulang Sumarah yang disebutnya sebagai cermin kepribadian perempuan Jawa. Di mana sebagai seorang perempuan, ibu dan manusia biasa, Sumarah dipaksa tersenyum dalam berbagai kondisi oleh lingkungan. “Ada ketegangan-ketegangan yang tergambar dalam Sumarah,” kata dia.

Donikabo, kata Hendra, memang terinspirasi dari Sumarah karya Umar Kayam. Realitas Sumarah itu lantas direnungkan sesuai pengalaman hidupnya. "Kabo dibesarkan oleh ibu yang single parent," kata Hendra bercerita.

Melalui Sumarah dan pengalaman hidup yang dialaminya, Donikabo lantas membandingkan dengan kondisi perempuan dalam masyarakat saat ini. “(perempuan) harus tersenyum meski sedih, jatuh, tapi harus bangun, hingga menyerah atau bertahan,” kata dia.

Maka membaca realitas perempuan saat ini tak bisa hanya sepotong, seperti membaca karya Donikabo yang dipamerkan. “Karena itu satu kesatuan,” kata dia.

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

34 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

40 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.