Berdasarkan pantauan, usai diusir dari Gedung Gratia Senin, 16 Mei 2011 malam, jemaat yang sebagian besar terdiri atas siswa SD hingga mahasiswa ditemani orang tua mereka menuju ke Hotel Apita, Kabupaten Cirebon. Di salah satu ballroom di hotel itu, mereka bermaksud menginap sekaligus melakukan perayaan paskah dan ucap syukur usai ujian sekolah.
Sejak pukul 05.00 WIB, persiapan perayaan paskah dan ucap syukur sudah dilakukan. Anak-anak kecil yang akan mempertunjukkan sejumlah tarian pun sudah bersiap-siap dengan kostumnya masing-masing. Namun, sekitar pukul 09.00 WIB, sekitar 20 orang yang tergabung dalam Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat (Gapas) dipimpin oleh Andi Mulya kembali menggebrak panitia pelaksana. Mereka kembali beralasan jika perayaan tersebut tidak memiliki izin.
Kepala Polres Cirebon Ajun Komisaris Besar Edi Mardianto, yang datang ke lokasi pun akhirnya meminta kepada jemaat untuk membubarkan diri. “Karena untuk acara di sini mereka belum memiliki izin,” katanya. Selain itu, acara tersebut dibubarkan untuk menjaga situasi kondusif daerah.
Akhirnya diiringi derai tangis anak-anak, jemaat dari berbagai daerah di Indonesia itu pun membubarkan diri. Sebagian ada yang pulang ke daerah masing-masing, sebagian lagi ada yang melanjutkan acara ke Gereja Bethel Cirebon. “Kenapa nggak jadi? Kan mau nari? Katanya mau ngerayain paskah,” kata Siska, siswa kelas 3 SD yang sudah mengenakan pakaian ala seorang putri bertanya kepada orang tuanya sambil menangis.
Sebelumnya, pada Senin, 16 Mei 2011, perayaan paskah sekaligus ucap syukur usai pelaksanaan ujian dibubarkan paksa oleh anggota Gapas Kota Cirebon dipimpin Andi Mulya di Gedung Gratia, Kota Cirebon. Padahal panitia sudah mengantongi izin dari Polres Cirebon Kota Cirebon untuk pelaksanaan acara ini. “Mereka memang sudah mengajukan izin ke kami,” kata Kepala Polres Cirebon Kota Ajun Komisaris Besar Asep Edi Suhaeri. Namun, untuk alasan kondusivitas daerah, akhirnya acara tadi malam pun dibubarkan.
Perayaan paskah di hotel Apita sempat mendapatkan pengawalan dari anggota Banser dan Anshor Cirebon. “Tolong jangan mengganggu keyakinan orang,” kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP Anshor, Nuruzzaman, yang ada di lokasi. Menurut Nuruzzaman, “Kita semau hidup di bumi Indonesia yang dengan dasar negara Pancasila yang menghargai segala perbedaan."
IVANSYAH