TEMPO Interaktif, Surakarta - Pengusaha mebel di Surakarta dan sekitarnya mengeluhkan turunnya ekspor ke negara-negara Uni Eropa, khususnya Spanyol. Selama ini Spanyol, selain Italia, menjadi salah satu tujuan ekspor utama untuk mebel.
Dari data yang dirilis Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surakarta, pada April 2010 ekspor ke Spanyol sebanyak 42.134 kilogram dengan nilai US$ 154.350. Namun, pada periode yang sama yaitu April 2011, turun drastis menjadi 3 ribu kilogram dengan nilai hanya US$ 14.380.
Dia mengakui jika ekspor ke Spanyol saat ini turun jauh dari sebelumnya. Menurutnya, krisis Eropa yang belum sepenuhnya pulih mempengaruhi daya beli pembeli dari Spanyol dan negara Uni Eropa lainnya. Dia menduga banyak pembeli asal Spanyol yang giat mencari mebel-mebel yang harganya jauh lebih murah meskipun secara kualitas kalah dari mebel Indonesia. “Mereka menurunkan standar,” katanya.
Salah seorang eksportir mebel, Zakki Riyan Isnaeni, mengatakan minimnya minat pembeli dari Spanyol dan Uni Eropa terhadap produk mebel Indonesia baru dirasakan belakangan ini. Berbeda dengan pendapat David, dia menyebut turunnya permintaan disebabkan ada salah satu perusahaan ritel kelas dunia yang mengambil mebel dari Cina, lantas diobral di Spanyol.
“Jadi, bukan karena kualitas mebel Indonesia jelek. Namun, karena ada yang jual murah,” keluhnya. Jika sebelumnya dia mampu mengekspor empat kontainer senilai Rp 240 juta ke Spanyol, maka kini sudah terhenti sama sekali karena kalah harga.
Menurutnya, persaingan mebel di Spanyol sudah tidak sehat karena ada yang merusak pasaran harga. “Terus terang ini merugikan kami selaku eksportir mebel,” ujarnya. Dia meminta agar pemerintah memperhatikan persoalan ini agar pengusaha Indonesia bisa bersaing di pasaran global.
David sendiri berpendapat saat ini era perdagangan bebas. Oleh sebab itu, wajar jika ada pihak lain yang menjual barang dengan harga murah demi memenangkan pasar. “Itu wajar. Justru menjadi tantangan bagi kami,” tuturnya.
UKKY PRIMARTANTYO