TEMPO Interaktif, Jakarta -Menteri Badan Usaha Milik Negara, Mustafa Abubakar, mengatakan maskapai penerbangan Merpati Airlines memiliki prospek bisnis yang bagus. Ia berharap insiden kecelakaan Merpati awal bulan ini tidak membuat upaya restrukturisasi terhambat. "Jangan sampai restrukturisasi batal," katanya.
Ia juga menegaskan Kementerian BUMN akan terus mendukung langkah restrukturisasi utang PT Merpati Airlines. Rencana ini juga didukung kementerian lain, seperti kementerian perhubungan, pertahanan, dan Badan Perencana Pembangunan Nasional.
Merpati saat ini memiliki utang Rp 1,9 triliun kepada pemerintah dan sejumlah perusahaan negara, seperti PT Pertamina, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, serta PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Ada lagi utang dalam bentuk penerusan pinjaman (subsidiary loan agreement/SLA) kepada pemerintah sebesar Rp 2,138 triliun untuk membeli 15 pesawat MA-60 buatan Xian Aircraft Industry, Cina. Angka tersebut di luar utang kepada swasta dan perusahaan lessor (perusahaan penyewa pesawat.
Kendati demikian, Mustafa optimistis prospek Merpati di masa mendatang tetap baik. Ia bahkan berharap Merpati dapat bekerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia untuk pengadaan pesawat. “Kalau PT DI direvitalisasi itu kan cantik,” katanya.
Selain itu, pesawat Merpati, kata Mustafa baik untuk menunjang operasi pesawat Garuda yang sama-sama BUMN. “Konsep sebenarnya, Merpati jadi feeder buat Garuda. Komuter transportasi jarak pendek,” kata Mustafa.
Mustafa belum dapat memberitahu kapan komite restrukturisasi, yang terdiri dari menteri BUMN, menteri keuangan, dan menteri perhubungan itu akan bertemu lagi. “Belum ada jadwal komite restrukturisasi,” katanya.
ANANDA BADUDU