TEMPO Interaktif, Bogor - Meski Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor mencapai Rp 3 triliun, masih ada warganya yang mengalami kekurangan gizi. Saat ini, tercatat sebanyak 11 bayi di bawah usia lima tahun (balita) yang menderita gizi buruk. Mereka bersama tiga balita gizi buruk dari Kota Bogor sedang menjalani perawatan dan pemantauan secara khusus di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Puslitbang Gizi dan Makanan) di Jalan Dr. Semeru, Kelurahan Cilendek, Kota Bogor, Jawa Barat.
"Saat dibawa ke sini kondisi mereka memprihatinkan karena kurang asupan gizi. Empat orang di antaranya sudah positif marasmus,” kata peneliti di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Arnelia, Rabu, 25 Mei 2011.
Arnelia mengatakan gizi buruk banyak menimpa balita di bawah umur dua tahun karena rendahnya asupan gizi dan infeksi pada saluran pencernaan. “Gizi buruk juga bisa disebabkan diare dan lainnya,” kata dia.
Menurut peneliti lain di Klinik Gizi, Bona Simanungkalit, marasmus terjadi karena kurang atau tidak ada jaringan lemak di bawah kulit. "Tanda-tandanya dapat dilihat secara kasatmata seperti iga gambang, wajah seperti orang tua, dan perut buncit,” ujarnya.
Salah seorang ibu penderita gizi buruk, Kurnia Ningsih, 36 tahun, mengatakan anakanya menderita marasmus sejak usia 3 tahun 6 bulan. Gejala awal pada anaknya adalah saat menderita diare.
“Sekitar dua bulan yang lalu mengalami diare. Waktu itu diperiksa ke Posyandu, tapi karena bertambah parah dibawa ke sini (Puslibang Gizi)," ujar Kurnia, warga Kampung Cibeber RT 02 RW 03, Desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
ARIHTA UTAMA S.