Keenam makam tersebut terletak di New Kingdom Cemetery, di bagian selatan Saqqara. Salah satu makam tersebut adalah kuburan Maya, bekas Bendahara Raja Tut. Juga ada makam Horemheb, Jenderal Raja Tut yang kemudian menjadi raja.
Maya dan Horemheb adalah dua orang penting ketika Mesir memasuki masa kekacauan, yang dikenal dengan Periode Amarna, seperti yang diungkapkan Dewan Tertinggi Benda Bersejarah Mesir dalam siaran persnya saat pembukaan makam tersebut.
Pada masa tersebut, Raja Firaun Akhenaten menutup kuil paling penting di Mesir yang terletak di Luxor. Ia lantas memindahkan ibu kota ke suatu tempat di tengah padang pasir yang terkadang juga disebut Akhenaten atau Tell el-Amarna.
Ketika Akhenaten meninggal, putranya, Tutankhamen, memindahkan ibu kota kembali ke Luxor. Ia juga kembali menyembah Dewa Amun sekaligus melupakan situs peninggalan ayahnya. Untuk memperkuat pemerintahannya, Raja Tut membutuhkan bendaharawan dan seorang jenderal.
Saat ini makam Raja Tut belum rampung direkonstruksi. Namun, pengunjung bisa melihat tonggak makam Horemheb dengan relief fragmen dan gambar Maya beserta istrinya, Merit, yang juga dikuburkan di pemakaman tersebut.
Selain dua makam orang terkenal itu, juga ada empat makam lainnya yang dibuka untuk umum, yakni makam Meryneith, penjaga kuil Aten ketika Akhenaten berkuasa. Makamnya terbuat dari bata dengan penutup batu gamping.
Kuburan satu lagi adalah makam Ptahemwia, pelayan kerajaan saat Akhenaten dan putranya Tutankhamen berkuasa. Makam Ptahemwia juga terbuat dari batu bata dengan penutup batu gamping.
Beberapa makam di kompleks ini pertama kali ditemukan pada 1843, tapi tak semuanya digali. Baru saat misi gabungan Inggris dan Belanda pada 1975 dimulai, semua makam digali.
FOXNEWS | ATM