TEMPO Interaktif, Makassar - Ketua Gabungan Petani Perkebunan Indonesia Sulawesi Selatan Sulaiman Husain mengatakan, Sulawesi Selatan sudah lebih dari siap menawarkan tenaga kerja dan bibit kakao ke provinsi lain. “Petani kita sudah mahir melakukan sambung samping,” kata Sulaiman, Jumat 27 Mei 2011.
Soal bibit, Sulaiman mengatakan yang akan ditawarkan kepada provinsi lain adalah varietas Sulawesi I dan Sulawesi II. Kedua varietas inilah yang telah memperoleh sertifikasi dari Kementerian Pertanian. “Tapi sebenarnya banyak klon bibit lain yang belum disertifikasi,” ujarnya menambahkan. Saat ini, kata Sulaiman, di Sulawesi Selatan terdapat 43 ribu klon bibit kakao unggul di Sulawesi Selatan, yang tersebar di sembilan kabupaten. “Soal tenaga kerja dan bibit, Sulawesi Selatan sangat potensial,” kata Sulaiman.
Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan Burhanuddin Mustafa berharap mendapat tawaran kerja sama dari tujuh provinsi yang telah datang melakukan studi banding kakao dan proyek Gernas ke Sulawesi Selatan. Ketujuh provinsi tersebut adalah Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Bengkulu, dan yang terakhir datang berkunjung kemarin, Kamis, 26 Mei 2011, Kalimantan Barat. “Mereka belajar teknik menanam dan pengolahan kakao di Sulawesi Selatan,” tutur Burhanuddin.
Kunjungan tersebut merupakan sebuah kebanggaan bagi Sulawesi Selatan. Dari seluruh provinsi yang mendapat jatah proyek Gernas, menurut Burhanudiin, Sulawesi Selatan menampakkan prestasi tertinggi karena telah mendapatkan penghargaan. “Hal inilah yang membuat mereka memilih Sulawesi Selatan untuk studi banding mengenai tanaman kakao,” katanya. Namun, kesempatan ini pula yang sangat baik bagi Sulawesi Selatan untuk menawarkan kontrak kerja sama.
Menurut Burhanuddin, dia telah memberikan penawaran tenaga kerja untuk melakukan teknik sambung samping dan menyatakan siap menyediakan entries tanaman kakao bagi provinsi-provinsi yang datang untuk studi banding. Entries bisa dihasilkan dari tanaman-tanaman kakao yang ada di perkebunan rakyat. “Mereka akan dibentuk menjadi beberapa kelompok tani untuk menghasilkan entries, lalu dilakukan pengujian untuk sertifikasi,” katanya. Namun, kata Burhanuddin, tawaran ini tidak diberikan kepada Jawa Timur kerena di sana terdapat Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Meski belum mendapatkan jawaban atas tawaran kerja sama yang diajukan, Burhanuddin optimistis mereka bersedia. Apalagi, gencarnya Sulawesi Selatan melakukan promosi selama ini membuatnya dikenal secara nasional akan prestasinya di bidang perkebunan kakao. Burhanuddin yakin akan segera mendapatkan jawaban dari mereka, khususnya Kalimantan Selatan yang Kamis kemarin mulai mendatangi lokasi-lokasi industri kakao di Makassar. Burhanuddin berharap akan tercipta lapangan kerja baru bagi petani Sulawesi Selatan jika tawarannya tersebut diterima.
ANISWATI SYAHRIR