TEMPO Interaktif, Kediri - Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri menyegel kantor akademik dan ruang kuliah, Selasa, 31 Mei 2011. Para dosen juga mengajak seluruh mahasiswa memboikot perkuliahan hingga Ketua STAIN, Ahmad Subakir, mundur dari jabatannya. Aksi itu bergulir setelah Ahmad Subakir diduga mengeluarkan ijazah palsu.
Penyegelan ruang akademik dilakukan mahasiswa dengan memasang kayu dengan posisi silang di pintu masuk. Ruang Jurusan Tarbiyah menjadi sasaran pertama penyegelan karena memiliki banyak mahasiswa. Petugas keamanan kampus tak bisa berbuat apa-apa dan membiarkan mahasiswa memblokir pintu kantor dengan kayu.
Aksi yang dikomando Muhammad Yasin, staf pengajar mata kuliah Media, juga menyegel kantor akademik yang bersebelahan dengan ruang Rektorat. Disusul kemudian dengan ruang Jurusan Syariah dan Ushuludin. "Semuanya keluar, kami mau menutup kampus ini," teriak para mahasiswa kepada sejumlah staf yang berada di dalam ruangan.
Menurut Yasin, penyegelan ruang perkuliahan dan kantor itu sengaja dilakukan untuk melumpuhkan seluruh kegiatan akademik kampus yang sudah menyimpang. Ahmad Subakir dianggap tidak pantas lagi memimpin STAIN Kediri. "Dia terlibat sejumlah skandal dan kami tak mau dipimpin dia lagi," kata Yasin.
Aksi unjuk rasa menuntut Ahmad Subakir mundur sudah empat kali bergulir. Mahasiswa dan dosen bahkan menyatakan berhenti dari semua kegiatan akademik hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Ahmad Subakir dituding mengeluarkan ijazah palsu kepada mahasiswa yang tak pernah kuliah di tempat itu. Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Kota Kediri ini juga ditengarai terlibat skandal keuangan pembangunan gedung kampus. "Dia sudah merusak citra STAIN," kata Yanuar, Ketua Bidang Akademik. "Saya imbau kepada seluruh mahasiswa, dosen, dan staf untuk mogok, biar Bakir sendiri yang masuk kampus."
Yanuar juga membeberkan arogansi Ahmad Subakir mengelola keuangan dan administrasi kampus. Dia dan staf lainnya diminta menandatangani beberapa berkas yang tak bisa dipertanggungjawabkan.
Kasus demi kasus yang terjadi di STAIN Kediri di bawah kepemimpinan Ahmad Subakir telah dilaporkan kepada Presiden, Menteri Agama, Dikti, dan seluruh Ketua STAIN se-Indonesia. Dijadwalkan awal bulan Juni Inspektorat Jenderal Pendidikan Tinggi akan melakukan penyelidikan di Kediri.
Hingga saat ini aksi tersebut terus berjalan. Mahasiswa menolak masuk ruang kuliah dan memilih mengikuti mimbar bebas di halaman kampus.
Ahmad Subakir tak bersedia menemui pengunjuk rasa. Dia memilih meninggalkan kampus begitu aksi mulai berlangsung. "Bapak ngacir pergi dari kantor, nggak tahu ke mana," kata staf Rektorat.
HARI TRI WASONO