TEMPO Interaktif, Jakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral, kehilangan satu set alat pemantau gempa di Kawasan Dieng, Jawa Tengah. Ketiadaan alat pemantau gempa ini menghambat upaya pengamatan aktivitas kawasan vulkanik aktif tersebut.
"Jumat pagi ini satu sistem alat pemantau gempa kami hilang dicuri," ungkap Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, melalui pesan singkat kepada Tempo, Jumat 3 Juni 2011.
Menurut dia, alat yang hilang tersebut digunakan untuk memantau getaran yang timbul karena aktivitas di dalam perut bumi di sekitar Kawasan Dieng. Saat ini Kawah Timbang, satu dari lima kawah di daerah tersebut, tengah rajin melancarkan aktivitas vulkanisnya.
Alat yang hilang tersebut bernilai Rp 200 juta. Namun, kata Surono, jika dijual ke pasar loak, alat tersebut tidak berharga lagi karena satu-satunya peralatan yang bisa ditawar dengan harga tinggi adalah baterai 12 volt.
Hilangnya alat pemantau gempa ini membuat aktivitas pengawasan aktivitas vulkanis Kawasan Dieng menjadi mundur. Sebelum pencurian ini, terdapat dua alat pemantau gempa yang beroperasi. Dengan satu alat yang tersisa, Surono terpaksa mendatangkan tiga alat pemantau gempa tambahan dari Bandung. "Kehilangan ini berdampak signifikan pada pemantauan "
Kondisi terakhir di Kawasan Dieng menunjukkan aktivitas gempa vulkanik masih terus berlanjut. Dengan keluarnya gas beracun berkonsentrasi 0,8 persen, Kawasan Dieng, khususnya Kawah Timbang, ditetapkan dalam status siaga. Ambang batas gas beracun yang masih bisa ditolerir manusia adalah 0,5 persen.
Saat ini Surono tengah berada di Kawasan Dieng untuk memantau dari dekat aktivitas kawasan yang berarti "tempat bersemayam para dewa-dewi" tersebut.
ANTON WILLIAM