TEMPO Interaktif, Jakarta - Kedatangan dua pesawat jenis MA-60 buatan Xi'an Aircraft Industry ke Indonesia, menghidupkan kembali rencana PT Merpati Nusantara Airlines untuk membuka rute lama maskapai itu, yang telah ditutup sekian lama.
Dua rute tersebut adalah Pontianak-Putussibau (Potosibo) dan Halim Perdanakusuma menuju tujuh daerah. "Yakni Bengkulu, Jambi, Tanjung Karang, Yogyakarta, Semarang, dan Solo," kata Direktur Utama Sardjono Jhony Tjitrokusumo di Jakarta, Ahad, 5 Juni 2011.
Menurut Jhony, Merpati pernah melayani rute Pontianak-Potosibo sepuluh tahun lalu dengan menggunakan pesawat jenis Fokker 27. Sedangkan di Bandara Halim Perdanakusuma, Merpati pernah menerbangkan pesawat CN-235 ke sana.
Untuk melayani penerbangan di dua rute tersebut, kata Jhony, pihaknya masih menunggu keputusan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. "Kami telah mengajukannya. Tinggal menunggu keputusan dari sana," ujarnya.
Direktur Niaga Tony Aulia Achmad mengatakan, rute dari Pontianak menuju Potosibo, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, menarik untuk kembali dibuka karena letaknya yang berbatasan dengan Serawak, Malaysia.
Apalagi transaksi ekonomi di perbatasan Kalimantan Barat dan Malaysia, yang kebanyakan menggunakan mata uang ringgit Malaysia, membuat perusahaan berpikir untuk kembali melayani rute itu. "Kalau kami tidak ambil, bisa jadi Potosibo dimiliki Malaysia," katanya.
Merpati tengah menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk dapat menerbangkan pesawatnya di sana. Saat ini Merpati telah memberikan surat permohonan kerja sama kepada Kalimantan Barat. "Tinggal menunggu respons dari pemerintah daerah saja," kata Tony.
Tony menjelaskan, untuk rute tersebut kemungkinan besar tidak menjadi penerbangan perintis, melainkan cukup bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. "Karena kalau menjadi penerbangan perintis harus menggunakan anggaran negara," katanya.
Frekuensi penerbangan di rute tersebut tergantung pasar. Saat ini pihaknya menargetkan dapat terbang tiga kali dalam seminggu yakni pada Rabu, Jumat, dan Minggu. Untuk biaya penerbangan pun ditargetkan dapat mencapai Rp 500-600 ribu sekali terbang.
Dengan dibukanya rute-rute lama ini, kata Tony, diharapkan dapat menyatukan dua pulau, Kalimantan dan Jawa. Karenanya dia berharap proses perizinan dapat cepat selesai di Kementerian Perhubungan. "Kami sudah mengajukannya ke Kementerian Perhubungan," katanya.
SUTJI DECILYA