TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Pertanian Suswono mengatakan Indonesia tidak mampu memenuhi permintaan ekspor komoditas hortikultura. Sebab, ekspor masih terkendala minimnya infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, serta bandar udara.
"Kita harus memperbaiki diri," kata Suswono dalam acara roundtable meeting peningkatan ekspor hortikultura, Selasa, 14 Juni 2011.
Suswono mengatakan pemerintah telah membuat kesepakatan dengan Singapura untuk meningkatkan volume ekspor buah dan sayuran hingga 30 persen sampai 2014. Namun kenyataannya produksi dalam negeri hanya mampu menyediakan 10 persen komoditas tersebut. “Seharusnya kita bisa menyuplai lebih besar karena kita negara tropis penghasil buah.”
Begitu pula dengan peluang pasar buah Manggis di Cina. Kesepakatan yang dibuat dalam perdagangan ASEAN-Cina selain cukup memudahkan ekspor komoditas hortikultura dalam negeri juga membuat produk impor lebih murah.
Ia pun berharap agar masalah infrastruktur bisa segera dirumuskan. Kerja sama dengan bank yang menyiapkan pembiayaan bunga rendah, kesiapan produksi, lahan, serta benih perlu dilakukan.
Beberapa negara tujuan ekspor komoditas hortikultura selama ini, seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Rusia. Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Ani Andayani, pernah menyatakan, skala industri tanaman hias yang masih didominasi usaha menengah dan mikro dan masih tingginya biaya investasinya membuat ekspansi industri ini belum maksimal.
Padahal, kata Ani, Indonesia berpeluang besar menjangkau pasar ekspor untuk tanaman hias ke negara-negara maju. Alasannya, banyak negara maju yang tak memiliki lahan untuk ekstensifikasi tanaman hias.
TRI SUHARMAN