TEMPO Interaktif, Subang - Rencana pembangunan pelabuhan internasional Ciparage, dirancang sebagai alternatif untuk mengurangi beban pelabuhan internasional Tanjung Priok, Jakarta, seiring dengan disorongkannya rencana pengembangan Jakarta yang dikenal dengan Greatter Jakarta oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu.
Rencana pembangunan pelabuhan internasional Ciparage kelak akan diapit dua muara, yakni Ciparage dan Betokmati. Pemerintah Kabupaten Karawang sudah mengantisipasi ihwal dampak dari rencana pembangunan tersebut, terutama terhadap sektor pertanian yang menjadi andalan Karawang sebagai lumbung padi nasional.
Maka, ancang-ancang rancang bangun infrastruktur pun, terutama pembangunan jalan yang menghubungkan tol Jakarta-Cikopo, menuju Ciparage menjadi pekerjaan utama.
Sejak isu pembangunan pelabuhan internasional Ciparage dihembuskan sekitar tahun 2001, kata Cartam, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Ciparage Jaya, pihaknya sudah beberapa kali mendapatkan penjelasan dari Bupati Karawang dari periode ke periode lainnya.
"Sejak zaman Bupati Achmad Dadang, Dadang S. Muchtar, hingga Ade Suara, sekarang ini, dikatakan jalan yang akan dibangun akses Ciparage menuju tol Jakarta menggunakan jalan layang," kata Cartam. "Sehingga, lahan sawah yang akan tergusur tak banyak."
Akses jalan layang yang akan menghubungkan Ciparage menuju tol Jakarta tersebut rencananya dibangun melalui poros Ciparage-Tempuran-Majalaya hingga jalan pintu gerbang tol Klari (Karawang Timur) dengan jarak tempuh sekitar 30 kilometer.
Agus Sundawiyana, Sekretaris Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Karawang, tak bersedia memberikan keterangan ihwal rencana detil pembangunan pelabuhan internasional Ciparage tersebut.
"Rencana itu semua merupakan agenda Pemprov Jawa Barat, Dinas Perhubungan dan Bappeda, masterplan-nya sudah ada di sana," kata Agus. "Pemkab Karawang hanya berfungsi sebagai pendukung saja."
Tak cuma di Karawang, pembangunan pelabuhan juga dilakukan di wilayah tetangganya, Kabupaten Subang. Letak pelabuhannya berada di pesisir Pantura Desa Patimban, Kecamatan Pusakajaya. Di sana, bahkan sudah ada pengerjaan fisik pelabuhan.
Saad Abdul Gani, Asisten I Bidang Pemerintahan Kabupaten Subang, mengatakan pengerjaan pelabuhan yang berfungsi buat melakukan bongkar-muat peti kemas tersebut pada tahap awal akan memanfaatkan lahan seluas empat hektare.
Adapun pelabuhannya sendiri dibangun menjorok ke laut. "Dari bibir pantai ke lokasi pelabuhan berjarak sekitar 400 meter," kata Saad. Itu dilakukan agar ketika kapal barang bersandar tak kandas ke dasar laut.
"Mulai dari masterplan hingga teknis pengerjaan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Kementerian Perhubungan, kami hanya menyiapkan kebutuhan lahannya saja," paparnya.
Ketimbang Karawang, Subang terbilang lebih sigap dalam mengantisipasi kesiapan lahan. Buktinya, Pemerintah Kabupaten Subang sudah menyiapkan jalan besar sepanjang tiga kilometer dengan lebar 25 meter dari Patimban menuju jalur utama Pantura Pusakanagara. "Semuanya Pemkab yang membebaskannya," ujar Saad.
Ia menjamin ihwal ketersediaan lahan buat kepentingan infrastruktur pembangunan pendukung Pelabuhan Patimban tersebut. Misalnya, buat kepentingan pembangunan perumahan, pusat perbelanjaan, dan perkantoran, termasuk buat sarana pariwisata bahari, semuanya sudah disiapkan.
"Lahan di sana (pesisir Patimban) masih terbuka lebar, semuanya berstatus milik ada," kata Saad. Dan, kebetulan, meskipun sebagian besar lahan yang ada merupakan areal persawahan, tetapi kondisinya sudah kurang produktif akibat jadi langganan banjir.
NANANG SUTISNA