TEMPO Interaktif, Kupang - Peternak sapi di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, mengeluhkan turunnya harga jual sapi hidup di daerah itu. Harga jual sapi hidup per kilogram turun menjadi Rp 16.400 per kilogram dari Rp 17.000 per kilogram.
Ketua Asosiasi Petani Peternak Nekmese Tafen Miomaffo, Silvester Palbano, mengaku heran dengan sikap pengusaha yang menurunkan harga sapi tersebut. Padahal, harga jual sapi hidup di Indonesia justru sedang mengalami peningkatan akibat penghentian sementara ekspor sapi dari Australia.
Penurunan harga sapi ini, menurut dia, hanya terjadi di Kabupaten Timor Tengah Utara, sedangkan kabupaten lainnya, seperti Belu, masih stabil sekitar Rp 17.000 per kilogram. Para peternak, lanjut Silvester, mengaku penurunan harga jual sapi karena pada saat dibawa ke pelabuhan berat sapi menyusut sebanyak 10 kilogram. “Alasan itu tidak masuk akal karena dua sampai tiga hari sebelum sapi ditimbang, kami benar-benar menjaga kondisi sapi. Kalau pun ada penyusutan, rata-rata satu sampai dua kilogram," ujarnya, Jumat 24 Juni 2011.
Untuk itu, dia meminta Gubernur Frans Lebu Raya dan Pemerintah Timor Tengah Utara segera mengambil kebijakan tata niaga sapi yang menguntungkan petani.
Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur, Samuel Rebo, mengatakan harga jual sapi hidup masih stabil, yakni Rp 17.000 per kilogram. Penghentian impor sapi dari Australia tak mempengaruhi harga jual sapi di wilayah Nusa Tenggara. Tahun ini sapi-sapi asal Nusa Tenggara banyak dikirim ke Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan Timur sebanyak 18 ribu ekor. "Dalam setahun kami kirim sapi mencapai 50 ribu ekor."
YOHANES SEO