TEMPO Interaktif, Jakarta - Setelah 4 bulan beruntun mengalami deflasi, maka pada Juni ini Surakarta diprediksi akan inflasi. Bank Indonesia Solo memperkirakan inflasi yang terjadi sebesar 0,95 persen. Pada Februari terjadi deflasi 0,6 persen, Maret deflasi 0,8 persen, April 0,3 persen, dan Mei deflasi 0,3 persen.
“Inflasi terjadi karena ada kenaikan harga beras,” terang Pemimpin Bank Indonesia Solo Doni Joewono kepada wartawan, Jumat, 24 Juni 2011. Menurutnya kenaikan harga beras disebabkan banyak daerah penghasil beras yang gagal panen pada musim panen kali ini karena serangan hama wereng.
Peneliti muda senior BI Solo Mega Nazaretha menambahkan kenaikan harga beras diperkirakan antara Rp 200-300 per kilogram. “Kenaikan sebesar Rp 200-300 sudah bisa membuat inflasi 0,95 persen,” jelasnya.
Selain beras, faktor penyumbang inflasi lainnya diperkirakan dari kenaikan harga telur dan susu. Sebab dua komoditas di atas sebenarnya harganya sudah merangkak naik sejak bulan lalu. Pihaknya sebelumnya sudah melakukan survei pemantauan harga terhadap 148 komoditas di pasar tradisional.
Doni mengatakan BI Solo sudah bersepakat dengan Dinas Pertanian di eks Karesidenan Surakarta, untuk pencegahan hama wereng. Yaitu memutus siklus hama wereng dengan menanam tanaman palawija di antara dua musim tanam padi.
Dia sendiri menilai dengan Surakarta mengalami inflasi pada Juni, maka bisa dikatakan akan mendorong roda perekonomian. Sebab tanpa inflasi, perekonomian cenderung stagnan. “Idealnya inflasi setahun antara 4-5 persen. Baru bisa dikatakan ekonomi bergerak secara wajar,” katanya.
Perekonomian Surakarta disebutnya sudah bergerak positif, seperti prediksi pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 6 persen tahun ini. Dia meyakini dengan pergerakan inflasi pada Juni, maka target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai. Asalkan laju inflasi tetap di kisaran 4-5 persen, dan tidak melebihinya.
UKKY PRIMARTANTYO