TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar mendukung gagasan impor gula rafinasi satu pintu yang digulirkan oleh Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Sutarto Alimoeso. “Kami mendukung itu,” kata dia di sela peringatan Hari Anti Narkoba Internasional di lapangan Monumen Nasional, Ahad, 26 Juni 2011.
Sebelumnya, Sutarto mengusulkan pemberlakuan "satu pintu" untuk impor gula rafinasi. Mekanisme itu dipandang pas diterapkan untuk menanggulangi rembesan gula rafinasi ke pasar di sejumlah daerah, seperti yang selama ini terjadi. Menurut Sutarto, karena gula merupakan komoditas strategis, impor rafinasi haruslah terkontrol.
Sebagai stabilitator, kata Sutarto, Bulog selama ini sudah berperan mengimpor gula nonrafinasi yang jumlahnya mencapai 20 ribu ton. Jika nanti usulan impor gula rafinasi satu pintu diterima pemerintah, Bulog siap menerima mandat sebagai stabilitator harga gula rafinasi.
Menurut Mustafa, kementeriannya akan segera menggelar rapat panitia kerja (panja) dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat untuk membahas gagasan tersebut. “Di situ akan dibahas, kami menghendaki one impor (impor melalui satu pintu) untuk gula rafinasi, gula putih, dan raw sugar,” ujarnya. “Nanti rencananya Kementerian Perdagangan akan memberi izin ke Bulog.”
Setelah Panja, Mustafa berharap akan ada regulasi yang mengatur kebijakan impor gula rafinasi melalui satu pintu. “Tentu setelah di Panja akan ada rekomendasi apakah akan diatur dengan Permendag (Peraturan Menteri Perdagangan) atau Instruksi Presiden. Nanti kami bicarakan lagi,” jelasnya.
Dengan sistem satu pintu untuk impor gula rafinasi, Mustafa berharap kebutuhan pabrik terhadap gula rafinasi akan lebih terkontrol dan lebih mudah dihitung. Adapun Bulog, diprediksi akan lebih berani membeli gula dan bisa mengendalikan harga. “Kalau kondisi sekarang ini kan tidak mungkin mengendalikan,” kata dia.
ISMA SAVITRI