TEMPO Interaktif, Solo - Ada momen menarik bagi media dalam acara Konferensi Internasional Kota Layak Anak Asia Pasifik di yang diselenggarakan di hotel The Sunan Surakarta, Kamis 30 Juni 2011. Dalam acara tersebut, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo bertemu dengan Wali Kota Surakarta Joko Widodo untuk pertama kalinya setelah berseteru selama beberapa pekan.
Perseteruan tersebut bermula dari rencana Jawa Tengah membangun mall di Surakarta. Dalam pembangunan itu, mereka merubuhkan bekas pabrik es Saripetojo yang merupakan bangunan cagar budaya. Rencana itu mendapat tentangan keras oleh warga Surakarta, termasuk Joko Widodo.
Mereka berdua saling "berbalas pantun" di media. Terakhir, Bibit Waluyo menyatakan jika Joko Widodo merupakan wali kota bodoh lantaran menentang kebijakan provinsi. Pernyataan yang dimuat di Koran Tempo edisi Jawa Tengah itu membuat perseteruan kian memanas.
Perhatian media mulai tertuju saat Wali Kota Jokowi itu menyambut Bibit. Mereka saling bungkuk menghormat serta berjabat tangan, lalu masuk ke ruang transit. Saat pembukaan konferensi dimulai, mereka duduk dalam satu meja bersama beberapa tamu lain.
Usai acara pembukaan, mereka berdua pun berpisah. Bibit memilih mendampingi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari, untuk meninjau stand pameran di hotel tersebut, sedangkan Jokowi justru memilih langsung menuju tempat press conference. Di tempat itu, dia enggan berbincang dengan wartawan. Termasuk, saat dia ditanya alasannya tidak ikut mendampingi Menteri Linda meninjau stand pameran.
Tawa dan bisik-bisik wartawan mulai pecah saat Bibit dan Linda sampai di ruang press conference. Mereka kembali duduk satu meja menghadapi puluhan wartawan. Kondisi itu membuat beberapa wartawan dari Jakarta bertanya-tanya lantaran tidak mengetahui adanya perseteruan dua kepala daerah tersebut.
Semula, pembicaraan dalam jumpa pers tersebut seputar kota layak anak. Tawa wartawan pecah saat Bibit mengeluhkan pemberitaan media yang dinilai tidak mendukung program pemerintah. Selama beberapa hari, pemberitaan di media lokal memang cukup santer mengkritisi rencana Jawa Tengah yang akan akan membangun mall di Surakarta.
Meski duduk satu meja, sepertinya perseteruan itu masih berlanjut. Dalam jumpa pers tersebut, Jokowi didaulat oleh Linda Amelia untuk menceritakan kisah suksesnya menjalankan program kota layak anak.
Usai Jokowi memberikan paparan, Bibit segera meraih mikropon yang ada di dekatnya. “Surakarta cuma punya lima kecamatan dengan jumlah penduduk 530 ribu jiwa,” kata Bibit. Surakarta mampu menjalankan program tersebut lantaran tidak memiliki masalah sekompleks kabupaten lain yang memiliki jumlah penduduk besar. Komentar ini juga memancing tawa para wartawan.
Hingga akhirnya, salah satu wartawan memanfaatkan kehadiran Bibit untuk menanyakan masalah Saripetojo. “Sudah saya duga, pertanyaannya sampai ke situ,” kata Bibit yang segera disambut derai tawa wartawan. Meski demikian, dia tetap menjawab pertanyaan tersebut. Penjelasan ditutup dengan salam, diiringi gebrakan di atas meja. Tawa kembali bergemuruh.
AHMAD RAFIQ