TEMPO Interaktif, Lampung - Ribuan kendaraan terjebak kemacetan di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, sejak Rabu, 29 Juni 2011, sore.
Antrean kendaraan memenuhi seluruh areal parkir pelabuhan hingga 5 kilometer dari pintu gerbang pelabuhan. "Ada lonjakan kendaraan dari berbagai jenis sejak sepekan terakhir. Puncaknya hari ini dan kemarin," kata Heru Purwanto, manajer operasional PT Indonesia Ferry atau Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Cabang Bakauheni, Kamis 30 Juni 2011.
Kemacetan terjadi tidak hanya untuk kendaraan yang hendak masuk kapal, tapi juga yang akan keluar pelabuhan. Kondisi itu terjadi karena kekacauan pengaturan lalu lintas di pertigaan Pasar Bakauheni. Akibatnya, penumpang travel dan bus turun untuk melanjutkan perjalanan ke pelabuhan dengan jalan kaki.
Banyak penumpang terpaksa naik ojek dengan membayar Rp10 ribu. "Ini jarang terjadi. Kemacetan juga terjadi pada kendaraan pribadi dan angkutan umum. Biasanya hanya truk saja," kata Rosana, penumpang bus yang hendak ke terminal pelabuhan.
Menurut data manifest kapal di PT. Indonesia Ferry, lonjakan jumlah kendaraan terbanyak terjadi pada jenis bus yang mencapai 100 persen, disusul kendaraan pribadi 40 persen, dan truk 40 persen.
Jumlah bus yang menyeberang tercatat 250 unit, kendaraan pribadi 560 unit dan truk berbagai jenis sebanyak 2800 unit. "Kami sudah mengerahkan 27 armada kapal roll on-roll off. Waktu pelayanan juga dipercepat menjadi hanya 45 menit dari yang sebelumnya 1 jam," kata Heru.
Menurut dia, kemacetan terjadi, selain ada lonjakan arus lalu lintas, juga karena kondisi cuaca di sekitar dermaga kemarin malam. Tiga kapal, KM Rajabasa, KM BSP I dan KM Titian Murni gagal sandar karena terseret arus dan menghalangi kapal lain kesulitan merapat ke dermaga. "Tiga kapal itu kemudian diarahkan melabuh di dermaga enam," katanya.
Dia menargetkan kemacetan bisa teratasi nanti malam. Pihak ASDP, kata dia, tetap mendahulukan kendaraan pribadi dan bus. "Nanti malam bisa terangkut semua dengan syarat angin dan ombak bagus," ujarnya.
Para sopir truk di pelabuhan mengeluhkan kemacetan selama lebih 12 jam itu. Kendaraan mereka bergerak perlahan mulai dari 5 kilometer menjelang pintu gerbang pelabuhan sebelum ditumpuk di areal parkir. "Kami harus mengeluarkan uang tambahan untuk makan dan minum. Padahal sebelumnya sudah terjebak kemacetan di Jalan Lintas Timur," kata Sutrisno, sopir truk yang sudah menginap di pelataran parkir pelabuhan.
Sopir yang hendak menuju ke Surabaya itu menuding ada permainan di balik kemacetan di pelabuhan. Dia berharap para petugas lebih mendahulukan truk pengangkut buah dan sembako selain kendaraan pribadi dan bus. Saat ini banyak truk yang mengangkut pisang, rambutan dan durian tertahan di pelabuhan. " Kalau buah matang di jalan, lalu busuk tidak akan laku di Pulau Jawa," ujarnya.
NUROCHMAN ARRAZIE