TEMPO Interaktif, Denpasar - Setelah melalui seleksi ketat, 50 puisi dinyatakan masuk dalam tahap nominasi Lomba Puisi Bentara Bali 2011. Jumlah itu disaring dari 2.521 karya yang masuk ke panitia.
Adapun seleksi dilakukan oleh Dewan Juri yang terdiri dari penyair Umbu Landu Paranggi, Sastrawan Nyoman Tusthi Eddy serta Kritikus Sastra Dr. Nyoman Darma Putra. “Kriteria yang ditetapkan adalah kesesuaian tema dan gagasan, serta keutuhan pun juga kepaduan karya secara keseluruhan, berikut refleksinya terhadap kekinian, “ ujar Ketua Panitia, Ni Made Purnamasari, di Denpasar, Minggu 3 Juli 2011.
Karya-karya itu selanjutnya menjalani uji verifikasi publik melalui penerbitan di media online. Tujuannya untuk mengecek, apakah karya belum pernah diterbitkan dalam bentuk buku, dan dipublikasikan lewat media cetak atau online, serta tidak sedang diikutkan dalam lomba atau kegiatan serupa lainnya.
Rincian atas karya-karya nominasi yang ditetapkan para Dewan Juri dapat diunduh di blog www.bentarabudayabali.wordpress.com, media partner kegiatan www.journalbali.com, atau melalui facebook Bentara Budaya Bali. “Kami amat menantikan verifikasi dari publik atas 50 nominasi terpilih ini. Informasi dapat disampaikan dengan memberi komentar dalam note facebook Bentara Budaya Bali atau mengirimkan email ke ciptapuisibentarabali@yahoo.com,” ujar Warih Wisatsana, koordinator Bentara Budaya Bali.
Waktu verifikasi dibuka hingga 16 Juli 2011, pukul 24.00 WITA. Prosedur ini dimaksudkan agar Lomba Cipta Puisi Nasional ini sebagai peristiwa kebersamaan masyarakat sastra Indonesia. Acara ini, kata dia, diharapkan bisa menumbuhkan atmosfer kehidupan kreatif yang sehat dan memunculkan karya-karya puisi berkualitas.
Lomba Cipta Puisi se-Indonesia Bentara Budaya 2011 yang digelar pertama kali ini merupakan kerjasama antara Bentara Budaya Bali dengan Udayana Scientific Club, Universitas Udayana. Lomba ini diikuti oleh lebih dari 700 penyair yang berasal lebih dari 130 kota di Indonesia, antara lainnya dari Aceh, Ambon, Bangka, Denpasar, Gorontalo, dan Jakarta.
ROFIQI HASAN